Masa transisi mempersiapkan anak dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ke jenjang SD perlu diperhatikan dengan baik. Terutama oleh orangtua, sekolah, serta pemangku kepentingan pendidikan lainnya.
Adanya persiapan matang bisa membantu anak lebih siap dalam masa transisi proses belajar hingga lingkungan baru di sekolah dasar.
Dalam hal ini, orang tua harus siaga untuk mendampingi, mempelajari, dan mendukung tahapan perkembangan sang anak karena orang tua lebih banyak berada di sisi anak.
Menurut Psikolog dan Dosen Universitas Indonesia (UI) Rose Mini Agoes Salim, M.Psi., usia dini merupakan golden age bagi anak sehingga perlu banyak stimulasi. Sebab, pada masa ini, otak anak tumbuh dan berkembang dengan pesat seperti spons.
“Pada saat masih kecil 2-4 tahun seperti spons. Jika ditaruh air di bawahnya maka seluruh isi air akan diserap spons itu. Ini yang membuat anak kita pandai. Karena pada sponsnya naik, artinya informasi dan pengalaman terserap di sana,” ucapnya dalam Webinar Selasa Seru “Transisi PAUD ke SD” yang disiarkan akun Youtube Direktorat Guru PAUD dan Dikmas Kemdikbud RI, Selasa (8/3/2022) lalu.
Rose menjelaskan, anak-anak harus diberi pengalaman untuk mengeksplorasi lingkungannya. Pada saat mengeksplorasi inilah orang tua harus menstimulasi sesuai dengan usianya.
Namun sebelum memulai stimulasi, orang tua perlu memahami karakteristik dan tugas perkembangan anak usia dini.
Karakteristik Perkembangan Usia Dini
- Kemampuan berpikir konkret
- memiliki rasa ingin tahu yang besar
- suka berfantasi dan berimajinasi
- menunjukkan sikap egosentris
- memiliki rentang konsentrasi yang pendek
- mudah jenuh
Tugas Perkembangan Usia Dini
Setelah memahami karakteristik, Rose menegaskan bahwa stimulasi harus dicocokkan dengan karakteristik dan perkembangan anak.
“Kalau ada karakteristik maka ada juga tugas perkembangannya. Nanti stimulasi harus dicocokkan. Kalau (anak) mulai berpikir konkret, maka harus dikasih stimulasi konkret, kalau dia (anak) berpikir dengan imajinasi, maka harus membantu daya imajinasinya. Oleh karena itu perlu ada yang dituju, yakni tugas perkembangan,” paparnya.
Adapun tugas perkembangan usia dini antara lain:
- belajar berjalan
- belajar memakan makanan padat
- belajar berbicara
- belajar buang air kecil dan buang air besar
- belajar mengenal perbedaan jenis kelamin
- mencapai kestabilan jasmani dan fisiologis
- membentuk konsep-konsep (pengertian) sederhana
- belajar menjalin hubungan emosional dengan orang di sekitarnya
- belajar mengenali baik dan buruk (mengembangkan nurani).
“Saat tugas perkembangan usia dini berhasil dicapai maka artinya anak dinilai sudah matang untuk memasuki jenjang sekolah dasar,” jelas Rose.