Luar angkasa bisa menjadi tempat yang kejam. Benda-benda luar angkasa bertabrakan satu sama lain, menyebabkan kehancuran atau mengarah pada pembentukan benda luar angkasa lain yang lebih besar.
Baru-baru ini ilmuwan berhasil mengungkapkan bukti tabrakan antara dua benda luar angkasa yang kemungkinan seukuran asteroid raksasa atau planet mini. Hasil pengamatan dua benda luar angkasa bertabrakan ini telah dipublikasikan di jurnal The Astrophysical Journal.
Tabrakan benda luar angkasa itu meninggalkan debu luar angkasa seukuran bintang yang besar yang dapat diamati oleh para astronom. Peristiwa ini pun memungkinkan astronom untuk mengumpulkan bukti-bukti dari tabrakan tersebut dan mempelajari tentang objek yang terlibat.
Seperti dikutip dari CNN, Rabu (23/3/2022) tim astronom mulai secara rutin mengamati HD 166191, bintang berusia 10 juta tahun dan berjarak 388 tahun cahaya yang mirip dengan Matahari.
Secara astronomis, benda luar angkasa tersebut merupakan bintang yang cukup muda. Pada usia itu, planetesimal (sistem Tata Surya) sering terbentuk di sekitar bintang.
Gumpalan debu sisa pembentukan bintang yang mengorbit ini bisa menjadi benda-benda berbatu, mengumpulkan materi, bertambah besar, dan akhirnya berubah menjadi planet.
Gas yang diperlukan untuk pembentukan bintang kemudian menyebar dari waktu ke waktu di antara planetesimal dan membuat objek tersebut semakin berisiko menabrak satu sama lain.
Dengan adanya peristiwa dua benda luar angkasa bertabrakan yang telah diamati ini, tim peneliti pun mempertimbangkan kemungkinan akan menyaksikan peristiwa tabrakan benda langit bila terus mengamati HD 166191.
Menggunakan Teleskop Luar Angkasa Spitzer, astronom melakukan lebih dari 100 pengamatan bintang antara tahun 2015 dan 2019. Pengamatan itu akhirnya membuahkan hasil di mana astronom berhasil mengamati debu luar angkasa yang membentang hingga ratusan kali ukuran bintang.
Untuk menciptakan awan debu yang begitu besar, astronom berpendapat itu merupakan hasil dari tabrakan dua objek seukuran Vesta, asteroid raksasa berukuran 530 kilometer.
Saat dua benda langit ini bertabrakan, mereka menghasilkan panas dan energi yang cukup untuk menguapkan puing. Fragmen dari tabrakan kemungkinan juga menabrak benda-benda kecil lain yang mengorbit HD 166191 sehingga berkontribusi pada terbentukan awan debu.
“Dengan melihat puing berdebu di sekitar bintang muda, pada dasarnya kita dapat melihat ke masa lalu dan melihat proses yang mungkin telah membentuk tata surya kita sendiri,” kata Kate Su, penulis utama studi.
Ia juga mengungkapkan mempelajari tentang hasil tabrakan benda luar angkasa dalam sistem ini dapat memberikan wawasan yang lebih baik tentang seberapa sering planet berbatu terbentuk di sekitar bintang lain.
Lebih lanjut tim peneliti terus memantau bintang tersebut menggunakan observatorium inframerah lainnya dan mengantisipasi pengamatan jenis tabrakan baru menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb yang diluncurkan Desember tahun lalu.