Kecantikan putri Keraton Yogyakarta menjadi salah satu rahasia yang saat ini banyak diburu wisatawan. Mereka ingin merasakan seperti apa ramuan dan perawatan kecantikan ala putri Keraton Yogyakarta di tempat asalnya.
Ahli kecantikan Keraton Yogyakarta, Worro Astuti, yang selama ini bertugas merawat kulit para putri Keraton Yogyakarta, buka-bukaan soal ramuan yang ia gunakan. “Ramuan lulur yang saya buat telah digunakan turun-temurun sejak Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi (putri pertama Raja Keraton Sri Sultan Hamengku Buwono X ) hingga Gusti Kanjeng Ratu Bendara (putri kelima Sultan HB X),” kata Worro Astuti, dilansir Tempo.co.
Worro Astuti yang juga menjadi master spa di The Nurkadhatyan Spa, layanan perawatan kecantikan yang diinisiasi lima putri Sri Sultan Hamengku Buwono X beberapa tahun silam. Lokasi Nurkadhatyan Spa ini diapit Ambarrukmo Plaza dan Hotel Royal Ambarrukmo.
Ramuan lulur yang diracik Worro untuk putri Keraton Yogyakarta selama 30 tahun lebih, menurutnya, terbuat dari bahan-bahan yang mudah ditemukan. “Tidak sulit mencari bahan-bahannya di pasar tradisional, seperti Pasar Beringharjo,” kata Worro.
Worro melanjutkan, hanya yang membedakan komposisi atau percampuran racikan bahan lulur agar memberikan hasil maksimal. “Harus punya ilmu untuk mengolah dan menyajikannya. Itu yang mahal,” kata Worro.
Tak hanya teknik meracik ramuan lulur, Worro menegaskan, teknik pijatan juga mempengaruhi khasiat perawatan kulit ala putri Keraton Yogyakarta. Ramuan lulur Worro Astuti bahkan pernah mendapat penghargaan dari Presiden Spa Internasional di Paris, Prancis, beberapa tahun silam.
Gusti Kanjeng Ratu atau GKR Bendara mengatakan, saat ini wisata minat terutama yang memadukan kebugaran tubuh atau wellnes tourism tengah diminati lintas generasi. “Generasi milenial dan generasi Z selalu mengkaitkan jenis wisata minat khusus dengan istilah healing yang belakangan sering kita dengar,” kata Bendara yang menjabat sebagai Direktur The Nurkadhatyan Spa.
Healing berarti menyegarkan diri dan bersantai. Aktivitas yang menggambarkan kondisi seseorang yang membutuhkan suasana berbeda, menyenangkan dan menyegarkan tubuh setelah berkutat dengan padatnya rutinitas.
“Dari tren tersebut, terlihat peluang besar bagi Yogyakarta dengan Keraton Yogyakarta sebagai simbol budaya untuk menunjukkan potensi wisata, khususnya wellness tourism,” kata Bendara.