in

Ilmuwan Identifikasi Gunung Es Raksasa di Pluto

Gunung api es raksasa ditemukan di planet Pluto. Foto: AFP

Dua puncak yang menjulang di atas permukaan planet Pluto telah membingungkan para ilmuwan selama bertahun-tahun. Namun akhirnya, para ilmuwan mengidentifikasi puncak tersebut sebagai gunung es raksasa.

Beberapa berspekulasi dari penemuan dua puncak di permukaan Pluto ini bisa menjadi gunung es, yang memuntahkan lumpur es dalam jumlah besar, namun tidak ada kaldera. Pluto adalah planet kerdil di sabuk Kuiper, sebuah cincin benda di luar orbit Neptunus.

Puncak gunung es di planet Pluto itu adalah objek pertama yang ditemukan di sabuk Kuiper, dan tetap menjadi benda terbesar yang diketahui di daerah itu. Setelah Pluto ditemukan pada tahun 1930, ia dinyatakan sebagai planet kesembilan dari Matahari.

Saat ini, analisis lengkap dari gambar dan data topografi menunjukkan bahwa itu bukanlah suatu gunung es. Adapun penemuan ini kembali memunculkan perdebatan, yaitu bagaimana kondisi Pluto yang cukup hangat untuk mendukung aktivitas vulkanik.

Terletak di tepi selatan, lapisan es berbentuk hati yang luas. Muka permukaan yang tidak biasa ini awalnya terlihat melewatinya pada Juli 2015, memberikan gambar close-up pertama dari bekas planet es dan bulan-bulannya.

“Kami langsung tertarik dengan area ini karena sangat berbeda dan terlihat mencolok,” kata salah satu peneliti New Horizons dan wakil ilmuwan proyek di Southwest Research Institute di Boulder, Colorado Dr Kelsi Singer seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (30/3/2022).

Dalam penemuan gunung es raksasa di permukaan planet Pluto yang telah dipublikasikan di jurnal Nature Communications tersebut, menuliskan bahwa gundukan raksasa yang lebar terdapat tekstur bergelombang seperti hummocky ini ditumpangkan di atasnya.

“Bahkan di atasnya ada jenis tekstur batu yang lebih kecil,” tutur Singer.

Pada saat itu, gunung berapi es sepertinya menjadi penjelasan yang paling tidak aneh untuk hal ini. Tidak ada kawah tumbukan dari asteroid atau meteor di dekatnya, yang menunjukkan gundukan dan tekstur bergelombang telah terhapus oleh peristiwa geologis yang relatif baru.

Selain itu, tidak ada bukti lempeng tektonik, penyusun utama pembentukan gunung di bumi. Namun, tim peneliti berhati-hati dalam menyebutnya gunung berapi.

“Ini dianggap sebagai klaim besar untuk memiliki vulkanisme es. Secara teoritis mungkin, tapi tidak ada banyak contoh lain di tata surya, dan semuanya terlihat sangat berbeda, dan tidak terlihat seperti komponen di Pluto,” papar Singer.

Sejak gambar pertama dipancarkan kembali pada tahun 2015, lebih banyak lagi kemungkinan-kemungkinannya, bersamaan dengan data komposisi dan topografi objek yang diduga sebagai gunung es raksasa di Pluto.

Mengambil semuanya secara bersamaan, tim telah menyimpulkan bahwa muka permukaan yang tidak biasa ini benar-benar gunung berapi, meski penampilan dan perilakunya sangat berbeda dengan yang ditemukan di bumi.

“Jika Anda melihat Gunung Fuji dari kejauhan atau salah satu gunung berapi Hawaii, mereka terlihat seperti gundukan besar, lebar, halus, yang tidak seperti yang kita lihat di sana,” jelas Singer.

“Jadi, menurut kami mungkin materialnya diekstruksi dari bawah dan kubahnya tumbuh di atas,” lanjutnya.

Adapun sifat bahan ini, data komposisi menunjukkan tersusun komponen utama air es dengan beberapa komponen antibeku tambahan seperti amonia atau metanol yang dicampur.

“Masih sulit untuk berpikir bahwa itu akan cair karena suhu yang terlalu dingin. Suhu permukaan rata-rata di Pluto sekitar 40 Kelvin (-233 derajat Celsius). Sehingga ini lebih mungkin bila bahan cair atau sebagain besar bahan padat seperti gletser masih bisa mengalir,” ungkap Singer.

Hal ini cukup mengejutkan, mengingat suhu yang sangat rendah dan bahan ini tidak boleh bergerak sama sekali.

Kemungkinan menunjukkan bahwa inti berbatu Pluto lebih hangat dari yang diperkirakan, dan energi panas yang dilepaskan dari peluruhan radioaktif, beberapa elemennya terperangkap.

Misalnya oleh lapisan bahan penyekat, kemudian dilepaskan secara berkala yang memicu letusan gunung berapi.

“Semua ini adalah spekulasi. Saya akan dengan bebas mengakui bahwa kita tidak memiliki banyak informasi tentang apa yang terjadi di bawah permukaan Pluto. Tapi ini memaksa orang untuk datang dengan beberapa ide kreatif tentang bagaimana (gunung berapi es). bisa terjadi,” tutur Singer.

Kendati begitu, apa pun penjelasannya, gagasan lama tentang Pluto hanyalah sebagai bola es yang lembam tampak semakin tidak mungkin.