Rahasia makam Mesir kuno terungkap dari aroma atau bau kuno yang berasal dari guci-guci yang ditemukan di sekitar makam. Guci-guci tersebut ditemukan di makam berusia lebih dari 3400 tahun yang lalu.
Diketahui makam itu milik dua orang Mesir kuno yang dimakamkan di perkuburan Deir el-Medina dekat Luxor bersama barang-barang yang menjadi bekal menuju ke kehidupan setelah kematian.
Beberapa barang tersebut di antaranya merupakan guci-guci makanan. Dan kini peneliti berusaha untuk menganalisis aroma yang ada di dalam guci tersebut.
Studi bau kuno dalam guci dari makam Mesir kuno ini telah dipublikasikan di Journal of Archaeological Science. Studi ini nantinya dapat menunjukkan bagaimana arkeologi dapat memperkaya pemahaman kita mengenai masa lalu.
Mengutip dari Nature, Senin (11/4/2022) dua orang yang dimakamkan itu bernama Kha, seorang arsitek dan juga Merit, yaitu istrinya.
Makam yang ditemukan tahun 1906 ini disebut sebagai pemakaman kuno non-kerajaan terlengkap yang pernah ditemukan di Mesir dan mengungkap informasi penting tentang bagaimana individu berpangkat tinggi diperlakukan setelah kematian.
Namun usai jenazah dua orang Mesir kuno ini ditemukan hingga dipindahkan ke Museum Mesir di Turin, Italia, isi dari guci-guci yang ada di makam itu tak pernah di buka. Tetapi kurator museum mengatakan kalau ada aroma buah-buahan keluar dari guci-guci itu.
Hingga kini akhirnya Ilaria Degano, ahli kimia analitik di Universitas Pisa, Italia bersama rekan-rekannya mencoba untuk membuka guci itu dan menganalisis bahan serta bau kuno yang ada di dalamnya untuk mengungkap rahasia makam Mesir kuno.
Dalam studinya, Degano menempatkan berbagai artefak termasuk stoples tertutup dan cangkir terbuka yang sarat dengan sisa-sisa makanan kuno yang busuk di dalam sebuah kantong plastik selama beberapa hari.
Ini dilakukan untuk mengumpulkan beberapa molekul yang mudah menguap dan masih dilepaskan. Tim peneliti kemudian menggunakan spektrometer massa untuk mengidentifikasi komponen aroma atau bau kuno dari guci di setiap sample.
Dalam studi analisis bau kuno di guci yang ditemukan di makam Mesir kuno itu, mereka menemukan keberadaan aldehida dan hidrokarbon rantai panjang yang mengindikasikan adanya lilin lebah.
Lalu trimetilamina yang terkait dengan ikan kering. Dan yang terakhir adalah aldehida lain yang umum ditemukan dalam buah-buahan.
“Dua pertiga dari objek memberikan beberapa hasil. Itu adalah kejutan yang menyenangkan,” kata Degano.
Temuan dari analisis bau kuno dalam guci dari makam Mesir kuno itu kemudian akan menjadi bagian dari proyek yang lebih besar untuk menganalisis kembali isi makam dan menghasilkan gambaran yang lebih komprehensif tentang kebiasaan pemakaman non-kerajaan.
Lebih lanjut, ini bukan pertama kalinya senyawa aroma mengungkapkan informasi penting tentang Mesir kuno.
Pada tahun 2014, para peneliti mengekstraksi molekul yang mudah menguap dari perban linen yang berusia antara 6.300 dan 5.000 tahun yang digunakan untuk membungkus tubuh di beberapa pemakaman Mesir paling awal yang diketahui.
Molekul-molekul mengkonfirmasi keberadaan agen pembalseman dengan sifat antibakteri, menunjukkan bahwa orang Mesir bereksperimen dengan mumifikasi sekitar 1.500 tahun lebih awal dari yang diperkirakan.
Stephen Buckley, seorang arkeolog dan ahli kimia analitik di University of York, Inggris, yang terlibat dalam studi tahun 2014 mengungkapkan analisis bau masih merupakan bidang arkeologi yang belum diekplorasi.
“Jika ingin memahami orang Mesir kuno, Anda dapat menggunakan analisis bau tersebut,” katanya.
Salah satu contoh bau kuno itu adalah dupa berbau harum yang berasal dari resin aromatik sangat penting bagi orang Mesir kuno, misalnya untuk upacara kuil dan beberapa ritual lainnya.
Namun berhubung pohon penghasil damar tak tumbuh di Mesir, ini memerlukan ekspedisi jarak jauh untuk mendapatkan pasokannya.
Selain mengungkap lebih banyak tentang peradaban masa lalu, aroma kuno dapat menambah dimensi pengalaman pengunjung di museum.
“Ini memiliki potensi untuk memungkinkan kita mengalami masa lalu dengan cara yang lebih emosional dan pribadi,” papar Cecilia Bembibre dari University College London.
Tetapi merekonstruksi bau kuno dari guci di makam Mesir Kuno ini tidak mudah, kata Bembibre. Degradasi dan pembusukan bisa menjadi masalah. Sehingga aroma dari artefak saat ini tak selalu cocok untuk menggambarkan di aroma asli.
Namun pengetahuan dan pemahaman yang tepat akan memungkinkan untuk memisahkan aroma asli dan aroma dekomposisi.