in

Instagram Minta Pengguna Tidak Repost Konten TikTok ke Reels

Foto: Instagram Ios Icon

Media sosial Instagram meminta penggunanya untuk tidak mengunggah ulang atau repost konten yang tayang di TikTok ke Reels.

Kepala Instagram Adam Mosseri, pihaknya lebih menghargai kreator yang membuat konten terpisah untuk TikTok dan Reels.

“Jika Anda membuat konten baru, Anda harus mendapatkan banyak pujian daripada mereka yang hanya membagikannya. Kami berbuat lebih banyak untuk mencoba dan menghargai konten asli dibandingkan konten yang diposting ulang,” kata Adam.

Karena itu, Instagram membuat sejumlah perubahan baru untuk memastikan kredit diberikan kepada kreator, yang pantas mendapatkannya. Pertama, tag produk tersedia untuk semua pengguna, penetapan kategori pengguna, dan promosi konten organik.

Meskipun konten original bukanlah hal yang baru, Adam mengatakan pihaknya akan condong ke arah konten asli yang diproduksi pengguna.

Di samping itu induk perusahaan Meta melihat Facebook dan Instagram berfokus pada pembuat konten, bukan sebagai alat bagi orang untuk menghubungkan teman-teman pengguna.

Jadi kedua platform telah berinvestasi dalam jumlah yang besar, dan mengerahkan sejumlah cara agar dapat menggaet penonton dan kreator di fiturnya.

Pihaknya juga diketahui ingin menggaet banyak pengguna beralih ke kedua platform itu, dari TikToker dan YouTuber menjadi Instagramer dan Facebooker.

Sementara itu, CEO Meta Mark Zuckerberg menyebut video pendek Reels sebagai format konten yang paling cepat berkembang sejauh ini, dan sekarang tersedia di Facebook dan Instagram.

Tetapi siapa pun yang menggunakan Reels tahu itu bisa terasa seperti tiruan TikTok, seringkali dengan konten yang sama baru saja diposting ulang dengan logo TikTok.

Menyoal bagaimana Instagram akan menentukan mana konten yang dianggap asli, Adam menilai hal itu sulit untuk dilakukan. Adam menilai perubahan itu kemungkinan akan menjadi masalah besar bagi akun agregator, yang banyak di antaranya membagikan meme dan postingan tren.

“Saat kami lebih condong ke rekomendasi, menjadi semakin penting bahwa kami tidak menilai agregator secara berlebihan, karena itu akan buruk bagi pembuat konten,” kata Adam lewat akun Twitternya.

Dorongan untuk memproduksi konten asli di media sosial milik Meta bukanlah hal yang baru, dan tak dipungkiri konten populer di Facebook dan Instagram cenderung dijiplak.

Platform Meta memiliki audiens terbesar, tetapi TikTok, Twitter dan lainnya cenderung menjadi tempat meme dan tren baru dikutip The Verge.

Untuk menyikapi kondisi ini, jika Instagram dan Facebook ingin menjadi platform yang sukses mewadahi konten kreator, mereka harus menemukan cara untuk membaliknya.