in

Muka Air Laut Turun di Islandia di Saat Negara Lain Alami Kenaikan

Ilustrasi. iStockphoto

Islandia mengalami penurunan muka air laut di saat berbagai negara mengalami kenaikan permukaan akibat pemanasan global. Hal itu dipicu oleh status negara di dekat Kutub Utara itu yang merupakan ‘Negara Es’.

Laguna yang mengelilingi desa Höfn (dibaca hap) menjadi lebih dangkal dan sulit dilalui kapal. Arus pasang masuk dan pasang keluar lebih lemah dari biasanya. Kanal yang biasa dilalui perahu nelayan perlahan-lahan dipenuhi endapan.

“Kapal-kapal besar, ketika mereka datang penuh dengan capelin atau ikan haring, dasar kapal akan cukup dekat dengan bagian bawah (laguna). Jadi ada peningkatan bahaya; mereka akan menabrak bagian dasar yang dapat menyebabkan kebocoran di lambung kapal, kerugian finansial, atau kapal karam,” kata Þorvarður Árnason, direktur pusat penelitian Universitas Islandia di Höfn, dikutip dari CNN.

“Memikirkan soal kapal karam itu menakutkan,” keluhnya.

Saat para nelayan di Höfn berurusan dengan pendangkalan laut, warga Kepulauan Marshall menjadi saksi kenaikan tinggi air laut di sekitar mereka.

Kepulauan Marshall terdiri dari lima pulau dan 29 dataran rendah batu karang berbentuk cincin. Mencairnya es di Greenland dan Islandia memaksa penduduk Kepulauan Marshall mengubah cara hidup dan memikirkan masa depan lebih keras.

“(Di sini) tidak ada gunung, ada lautan di kedua sisi Anda dan daratannya sangat tipis dan kecil,” kata Kathy Jetn̄il-Kijiner, seorang penulis dan utusan bidang iklim di Kementerian Lingkungan Kepulauan Marshall.

“Garis pantai semakin pendek dan semakin pendek, ini merupakan ancaman nyata bagi keberadaan fisik tanah kami.”

Ketinggian rata-rata daratan di atas permukaan laut di Kepulauan Marshall hanya 2 meter. Setiap sentimeter amat berarti di sini.

Secara global, rata-rata permukaan laut naik lebih dari 20 sentimeter sejak awal abad ke-20 dan meningkat pesat dalam tiga dekade terakhir. Sejak 1993, terjadi peningkatan rata-rata kenaikan dari 2,8 menjadi 3,6 milimeter per tahun.

Berdasarkan laporan iklim pemerintah Australia, Kepulauan Marshall mengalami kenaikan muka air laut dua kali lipat atau 7 milimeter. Kenaikan permukaan laut ini menyebabkan banjir semakin sering terjadi, jalanan semakin sering tergenang air, sumber air minum tercemar. Mata pencaharian hancur.

Sebuah studi bersama antara pemerintah Kepulauan Marshall dan Bank Dunia memberikan sejumlah pilihan, mulai dari membangun tanggul laut hingga mereklamasi tanah dan menaikkan tinggi bangunan, mengangkat ketinggian seluruh pulau, hingga migrasi sebagai upaya terakhir.

“Tapi siapa yang tahu berapa lama [usaha] itu akan berhasil? Dampaknya akan terus datang karena kita tidak mengurangi emisi (global) secepat yang seharusnya,” kata Jetn̄il-Kijiner.

Apa sebabnya?

Kepulauan Marshal terletak di Samudera Pasifik, sementara Höfn, Islandia, ada di persimpangan Samudera Atlantik dan Samudera Arktik. Apa yang membuat kedua tempat itu beda nasib begitu kontras?

Dikutip dari CNN, Höfn terletak tak jauh dari tudung atau bongkahan es terbesar di Islandia, Vatnajökull. Selama berabad-abad, gunung es Vatnajökull membebani tanah di bawahnya.

Sementara, pemanasan global menyebabkan lapisan es dan gletser ini mencair dengan cepat, lebih cepat dalam 200 tahun terakhir. Saat es tersebut menghilang, daratan mulai naik yang naik membuat permukaan laut lebih rendah dari sebelumnya.

Selain itu, gletser memiliki gaya gravitasi yang membuatnya menarik air laut ke arahnya. Saat gletser mencair, air menjauhi wilayah tersebut dan mengalir sisi lain dari Bumi.

Alhasil, melalui pengukuran dengan memakai GPS, tanah di Höfn naik 1,7 sentimeter per tahun. Semakin dekat daratan dengan gletser yang mencair, semakin cepat kenaikannya. Di wilayah utara, kenaikan tanah bahkan mencapai 3,8 sentimeter per tahun.

Menurut Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), wilayah Arktik (samudera di dekat kutub utara) mengalami peningkatan suhu yang sangat signifikan dalam beberapa tahun terakhir yang berdampak pada hilangnya 10 miliar ton es di Islandia setiap tahun.

Dengan tingkat pencairan semacam ini, Islandia diprediksi kehilangan seluruh esnya pada 2200. Selain bongkahan es Islandia, pencairan gletser dan lapisan es di Greenland juga menyebabkan permukaan laut naik di sebagian besar wilayah dunia. Namun, kenaikan ini tidak merata.

Greenland dan wilayah di sekitarnya, yang merupakan tempat pencairan gletser paling sering terjadi, sebenarnya mengalami penurunan permukaan laut. Segala sesuatu yang memiliki massa memiliki gravitasinya sendiri. Semakin besar massanya, semakin besar gravitasi yang dimilikinya.

“Lapisan es sangat berat sehingga menarik laut ke arahnya, karena gravitasi. Tetapi jika lapisan es mencair, daya tarik ini mulai melemah dan air bergerak menjauh,” kata Thomas Frederikse, seorang mahasiswa postdoctoral di NASA Jet Propulsion Laboratory.

“Semakin jauh Anda dari lapisan es, semakin banyak air yang Anda dapatkan,” tambahnya.

Jika semua gletser di Islandia mencair, hal tersebut akan meningkatkan permukaan laut rata-rata global sebesar 1 sentimeter.

Sedangkan jika es di Greenland mencair, itu akan menambah 7,5 meter ke angka kenaikan permukaan laut global; jika es di Antartika mencair, itu dapat menaikkan permukaan laut hampir 60 meter.

Pemanasan global ini sendiri terkait dengan efek gas rumah kaca akibat penggunaan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam untuk sumber energi. Hal ini memicu kenaikan suhu, termasuk di laut.

Ketika air menjadi lebih hangat, molekulnya bergerak lebih cepat dan menyebar lebih banyak, sehingga meningkatkan volumenya. Para ilmuwan memperkirakan bahwa sekitar sepertiga kenaikan permukaan laut global dapat dikaitkan dengan pola ini.

Bukti ilmiah terbaru menunjukkan bahwa meski dunia berhenti memakai bahan bakar fosil hari ini, kenaikan permukaan laut masih terjadi hingga 2050. Namun, emisi di masa depan akan memiliki konsekuensi besar setelah itu.