in

Bahaya Microsleep Mengemudi dan Penyebabnya

Ilustrasi mengantuk saat mengemudi. Foto: Newsweek

Tahun ini pemerintah mengizinkan masyarakat untuk melakukan mudik di tahun 2022. Diprediksi jumlah pemudik tahun ini akan meningkat, terutama bagi yang menggunakan kendaraan pribadi.

Ketika mudik menggunakan kendaraan pribadi, tentu ada sejumlah persiapan yang harus dilakukan mulai dari mengecek kendaraan hingga kesehatan pengendara. Jangan sampai, ketika mudik kondisi badan sedang tidak fit sehingga jadi gampang lelah.

Apabila sudah lelah, pengendara sering kali kehilangan fokus dan memejamkan mata selama beberapa detik ketika berkendara. Hal ini disebut juga dengan gejala microsleep.

Microsleep sangat mungkin terjadi pada pengendara yang mengantuk tetapi menahan diri untuk tidur. Padahal, untuk berkendara apalagi dengan rute yang jauh harus dalam kondisi prima dan tidak boleh mengantuk.

Aan Gandhi selaku Trainer dan Founder Global Defensive Driving Centre (GDDC), menjelaskan beberapa ciri-ciri pengendara mulai mengalami gejala microsleep. Biasanya, pengendara akan melakukan sejumlah hal yang menjadi sinyal jika kondisi badan sudah lelah.

“Tanda-tanda microsleep biasanya mulai sering menguap, melamun, sering pegang-pegang hidung, kuping, dan garuk-garuk rambut. Gerakan ini sebenarnya sinyal jika pengendara sudah mulai lelah,” kata Aan Gandhi dalam sebuah webinar keselamatan berkendara belum lama ini.

Menurut Aan, jika pengendara sudah mulai mengalami gejala microsleep lebih baik segera mencari rest area untuk berhenti sejenak. Hal ini lebih baik daripada pengendara dipaksa mengemudi padahal fisik sudah lelah, selain itu risikonya sangat besar yakni kecelakaan hingga menimbulkan korban jiwa.

Lebih lanjut, Aan menjelaskan jika pengemudi tetap memaksakan berkendara walau kondisi badan sudah lelah dan mengantuk, hal ini bisa menimbulkan gejala Automatic Behavior Syndrome (ABS).

Serupa dengan gejala microsleep, namun gejala ABS disebabkan karena kelelahan hebat. Selain mempengaruhi fisik, kelelahan secara mental juga dapat memperparah gejala ABS.

“Sebagai contoh, gejala ini bisa menyebabkan pengemudi tidak sadar tengah mengendarai mobil, jadi ABS dapat mempengaruhi gelombang otak dan bisa terjadi selama 30 detik,” paparnya.

“Lalu pengemudi baru akan sadar jika mobilnya mulai oleng serta melewati jalan yang bergelombang atau diklakson oleh pengendara lain. Tentu hal ini sangat berbahaya,” ujar Aan.

Lantas, apa saja hal yang menyebabkan seseorang mengalami gejala microsleep? Dilansir laman Daihatsu berikut sejumlah faktornya

  1. Gangguan Tidur

Penurunan kinerja otak pada siang hari dapat disebabkan gangguan kuantitas dan kualitas waktu tidur seperti insomnia dan sleep apnea.

  1. Punya Utang Tidur

Biasanya waktu tidur di malam hari yang kurang dari 6 jam menyebabkan kamu memiliki utang tidur, hal ini dapat terakumulasi sebelum kamu benar-benar tidur dengan waktu yang cukup.

Banyaknya utang tidur akan meningkatkan risiko mengalami microsleep pada sewaktu-waktu dan tentu sangat berbahaya.

  1. Kerja Shift Malam

Tak hanya mengurangi waktu tidur, pola kerja shift juga memicu pergeseran waktu tidur. Microsleep sangat mungkin terjadi saat masa transisi waktu tidur. Maka dari itu, buat kamu yang punya pola kerja seperti ini harus hati-hati dan perlu mengatur waktu tidur.