Ardian Hafidz Annafi (18), namanya tidak begitu populer di kalangan guru maupun siswa di sekolahnya. Namun, siapa sangka, siswa asal Boyolali, Jawa Tengah ini berhasil lolos di tujuh perguruan tinggi luar negeri jajaran kampus top dunia.
Ketujuh kampus tersebut tersebar di Kanada, Selandia Baru, dan Australia. Masing-masing menempati peringkat top 100 dan top 200 dunia versi QS World University Rankings (WUR).
Kampus-kampus tersebut yakni University of Toronto (peringkat 26 dunia), University of British Columbia (peringkat 46 dunia), The University of Western Australia (peringkat 93 dunia), Wageningen University (peringkat 123 dunia), University of Otago dan Curtin University (keduanya peringkat 194 dunia), dan Victoria University of Wellington (peringkat 236 dunia).
Siswa yang akrab disapa Ardian ini mengakui, sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) ia tidak terlalu aktif dalam organisasi maupun kegiatan lomba. Bahkan, ia menyebut tidak ada kegiatan istimewa yang ia lakukan.
“Dari SMP kegiatan sehari-hari saya cuman biasa, pagi bangun jam 5, jam 6. Mungkin mandi, terus pergi ke sekolah di pusat kota. Terus menjalani sekolah,” ucapnya dikutip dari Detik, Sabtu (14/5/2022).
Meskipun terdengar seperti siswa pada umumnya, namun ada satu hal yang tak pernah dilewatkan dalam kesehariannya, yakni membaca buku. Sejak SMP ia suka mengunjungi perpustakaan daerah sekadar untuk membaca kisah traveler yang sudah melanglang buana.
Ardian memang mempunyai impian untuk pergi ke luar negeri. Hingga tiba masa pendaftaran ke SMA, dia memutuskan untuk masuk ke SMA Pradita Dirgantara, meskipun harus mengikuti seleksi yang ketat. Di sekolah inilah ia memulai untuk mewujudkan impiannya.
SMA Pradita Dirgantara merupakan sekolah asrama (boarding school) yang berada di bawah Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara (AU). Sekolah ini menerapkan jadwal yang ketat layaknya militer.
Ikut Ekstrakurikuler Bergengsi
Kebiasaan membaca buku Ardian masih berlanjut hingga SMA. Ia biasa membaca buku di atas jam 10 malam.
“Setelah jam 10 sampai jam 11 atau setengah 12 itu saya sempetin buat membaca buku, terutama novel,” ceritanya.
Di kelas 10 Ardian mengikuti ekstrakurikuler Kompetisi Sains Nasional (KSN) Ilmu Kebumian. Ekstrakurikuler ini muaranya untuk mengikuti lomba KSN, salah satu kompetisi nasional bergengsi di kalangan siswa SMA, dulu namanya Olimpiade Sains Nasional (OSN).
Saat itu ia menyebut masih malas-malasan mengikuti KSN. Ia mulai benar-benar mendalami seluk beluk KSN ketika duduk di kelas 11. Kala itu ia tersadar dan bertekad untuk membuat dirinya lebih dikenal dan bernilai dengan menorehkan prestasi. Alhasil Ardian memperoleh medali perunggu di KSN Ilmu Kebumian.
Mengoptimalkan Belajar saat di Sekolah
Rahasia lain di balik keberhasilan Ardian dipinang oleh tujuh kampus terbaik dunia tersebut adalah selalu mengoptimalkan pikirannya saat mengikuti pembelajaran dalam kelas. Ia mengatakan selalu fokus dan beruntungnya ia bisa menyerap materi tanpa harus mengulangi belajar di lain waktu.
Ia mengaku, tidak mengambil kegiatan les atau bimbingan belajar baik online maupun offline di luar sekolah. Sebab, selain sudah mendapatkan ilmu dari kegiatan di kelas, ia tidak memiliki waktu mengingat SMA Pradita Dirgantara menerapkan jadwal yang begitu padat.
Lingkungan Belajar yang Mendukung dengan Kurikulum yang Bagus
Ardian mengaku lingkungan belajar di SMA Pradita Dirgantara sangat mendukung proses belajar dan aktivitas untuk pengembangan dirinya. Sekolah memberikan fasilitas lengkap mulai dari laptop macbook air, asrama, laundry, makan semua ditanggung oleh sekolah.
Kurikulum yang digunakan SMA Pradita Dirgantara juga tak kalah penting dalam menghasilkan lulusan seperti Ardian ini. Sekolah menerapkan kurikulum Integrated Contextual Learning Program.
Dukungan Penuh dari Orang Tua
Ayah Ardian adalah seorang tukang bangunan, sedangkan ibunya membuka jasa laundry di rumahnya. Keduanya mendukung penuh setiap langkah yang dipilih olehnya. Dukungan dari orang tua itulah yang membuat Ardian mantap untuk meraih impiannya kuliah di luar negeri.
“Orang tua saya juga dukung saya untuk apapun yang saya mau. Soalnya teman-teman saya itu kaya ada harapan dari orang tua kalau mereka itu diarahin ke mana. Jadi mereka kaya punya kebebasan sendiri seperti yang saya punya,” terang remaja yang sejak kecil suka bahasa Inggris ini.
Ardian akhirnya memutuskan mengambil studi Bachelor of Science di University of British Columbia dengan beasiswa penuh dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).