Menurut publikasi dalam National Center for Biotechnology Information, sikat gigi termasuk alat kebersihan mulut yang paling sering digunakan setiap hari. Inilah sebabnya megapa sikat gigi rentan terpapar bakteri, karena peranti tersebut sering terkontaminasi mikroorganisme dalam air liur dan jaringan mulut. Menurut PubMed, tak ada yang membedakan antara sikat gigi yang dibiarkan kering selama dua jam atau delapan jam sebelum digunakan untuk menyikat. Jumlah mikroorganisme yang bersarang dalam kedua sikat gigi tersebut hampir sama.
Merujuk publikasi Analysis of Microbial Contamination and Antibacterial Effect Associated with Toothbrushes, rongga mulut mengandung lebih dari 700 jenis bakteri. Mulut memiliki suhu dan tingkat kelembapan yang ideal untuk pertumbuhan bakteri.
Sikat gigi yang digunakan selama satu bulan mengandung 86,7 persen bakteri. Sementara sikat gigi yang digunakan selama tiga bulan, bakterinya mencapai 100 persen. Jika tidak sering mengganti sikat gigi maka akan mempengaruhi kesehatan.
Bakteri yang mencemarkan sikat gigi, meliputi streptococcus mutans, staphylococcus aureus, escherichia coli, candida albicans, dan pseudomonas, dilansir International Journal of Experimental Dental Science. Jika sikat gigi digunakan dalam waktu yang lama tanpa sterilisasi, peranti itu cenderung menjadi tempat berkembang biak bakteri patogen.
Bakteri yang ditemukan di sikat gigi menyebabkan karies, radang gusi dan bau mulut. Lansia dengan sistem kekebalan yang lemah rentan terpapar bakteri staphylococcus aureus yang menyebabkan sepsis dan gangguan pencernaan.
Staphylococcus aureus juga menghasilkan eksotoksin yang mengakibatkan gejala muntah, mual, sakit perut, dan diare.