in

Hambatan Indonesia Menerapkan Belajar di Metaverse

Ilustrasi Kota Metaverse. Foto: Uzone

Associate Professor SEB Telkom University Andry Alamsyah menyebut belajar via Metaverse sulit diterapkan di Indonesia dalam waktu dekat. Andry menyebut pengembangan teknologi dan platform edukasi via Metaverse membutuhkan investasi yang mahal.

“Problemnya di Indonesia belum (mungkin diterapkan) dalam waktu dekat, karena untuk membuat konten seperti itu investasinya sangat mahal,” kata Andry dikutip dari CNN, Senin (23/5/2022).

“Belum lagi risetnya, bagaimana membuat konten yang baik,” imbuh Andry.

Andry juga mengatakan kehadiran platform belajar via Metaverse akan memberikan sederet manfaat bagi dunia pendidikan. Pasalnya, belajar mengajar cukup terbatas jika mengandalkan media yang ada sekarang.

Kehadiran platform belajar melalui Metaverse akan membantu berbagai proses belajar, terlebih bagi mereka yang membutuhkan praktikum dalam proses belajarnya.

“Sebetulnya kalau bedah mayat enggak perlu pakai mayat beneran, atau objek beneran. Cukup pakai media buat demo atau simulasi. Itu akan sangat membantu siswa untuk mempelajari,” terangnya.

Namun penyediaan platform semacam ini tentu tidak mudah. Menurut Andry, untuk membuat konten belajar di Metaverse akan diperlukan riset yang cukup panjang untuk pembuatan konten, animasi, serta tampilan.

“Misalnya, chef yang masak, dia harus tahu berapa lama nanti telur matang. Kan harus dimasukkan ke dalam programnya. Itu perlu riset dulu baru bikin kontennya, bikin animasinya, bikin tampilannya,” tuturnya.

Selain itu, Andry menyoroti perangkat untuk menikmati platform tersebut saat ini dikatakan masih mahal dan harganya belum ‘merakyat’.

Meski demikian, menurut Andry, bisa saja pengalaman tersebut dihadirkan ke perangkat ponsel atau komputer, tetapi nantinya tidak akan maksimal dan imersif sebagaimana yang awalnya diharapkan.

Lebih lanjut, kondisi kecepatan internet Indonesia pun dianggap cukup rendah, meski masih tetap cukup untuk menikmati platform belajar via Metaverse.

“Internet Indonesia di ASEAN termasuk rendah [kecepatannya], tetapi dibilang cukup sih cukup karena orang-orang kita kreatif. Kita bisa bikin konten yang lebih ringan,” jelas Andry.

Namun menurutnya, secara ideal, internet yang harusnya berkecepatan tinggi, yang latensinya rendah agar pengalaman penggunaan platform belajar via Metaverse tersebut bisa maksimal.