in

Fakta di Balik Tren No Backpack Day, Ternyata Diinisiasi Anak SD

Tren No Backpack Day di Sekolah. Foto: TikTok @castle_guerreiros

No Backpack Day lagi tren di sosial media. Tren yang membebaskan siswa menggunakan apapun untuk membawa perlengkapan sekolah kecuali tas ransel tersebut, belum lama ini diramaikan oleh sejumlah sekolah di Indonesia.

Baru-baru ini, salah satunya SMAN 1 Puri Mojokerto yang mengunggah video TikTok dalam rangka ikut dalam tren No Backpack Day. Terlihat siswa membawa berbagai barang pengganti tas ransel seperti keranjang, sarang burung, kotak amal, oven, kaleng biskuit, bahkan hingga rak pakaian.

Tren ini juga ternyata diikuti oleh guru sekolah di SMAN 1 Puri Mojokerto. “Kali ini Castle juga tidak ketinggalan tren keren alias No Backpack Day. Gimana? Castlepeeps sudah kreatif-kreatif banget, kan?” tulis akun TikTok milik OSIS dan MPK SMAN 1 Puri Mojokerto, dikutip Selasa (24/5/2022).

Siswa SMPN 1 Kuningan juga terlihat meramaikan tren No Backpack Day ini. Melalui unggahan video di TikTok pada 15 Mei 2022 lalu, postingan tersebut sudah mencapai tayangan hingga 5,1 juta kali per tulisan ini dibuat.

Tidak hanya sekolah di Indonesia, sekolah-sekolah beragam negara juga meramaikan tren berangkat sekolah tanpa tas ransel ini. Bahkan, hashtag #nobackpackday telah meraih jumlah tayangan sebesar 195 juta kali dari seluruh pengguna TikTok

Lalu bagaimana sejarah di balik tercetusnya ide No Backpack Day tersebut?

Ide berangkat sekolah tanpa tas ransel hingga menjadi tren saat ini ternyata bermula dari seorang siswa SD di Blythe Elementary School, California bernama Mongai Fankam. Fankam mencetuskan No Backpack Day dengan tujuan membantu siswa di Kamerun, Afrika pada 2012 silam.

Dilaporkan WBTV, per Februari 2012, siswa yang berusia 8 tahun tersebut sudah berhasil mengajak 650 siswa di sekolahnya untuk ikut serta dalam gerakan No Backpack Day. Tidak hanya itu, Fankam mengumpulkan donasi dari sekolahnya berupa 3.700 perlengkapan sekolah melalui organisasi sosial A Place for Hope.

Hingga per November 2012, donasi pun mulai dibuka untuk umum kepada anak sekolah di Kamerun. “Siapapun dapat menyumbangkan perlengkapan sekolah untuk dikirim ke A Place of Hope dan anak-anak sekolah (di) Kamerun. Ransel, pensil, penghapus, rautan pensil genggam, krayon, dan buku catatan semuanya dibutuhkan,” tulis WBTV.

Terinspirasi dari Anak Sekolah di Kamerun

Fankam terlahir dari keluarga yang dekat dengan kegiatan sosial. Saat berusia 3 tahun, Fankam sudah menemani ibunya pergi ke Kamerun, Afrika untuk aktivitas sosialnya.

Selama kunjungannya di sana, Fankam memerhatikan siswa-siswi di Kamerun berjalan sejauh kiloan meter ke sekolah dengan membawa buku dan perlengkapan sekolah hanya dengan tangan kosong mereka. Hal ini juga yang membuat buku-buku sekolah mereka terlihat rusak karena hujan.

Untuk itulah, Fankam yang sudah menginjak 8 tahun mulai menggaungkan gerakan No Backpack Day dengan dukungan dari sekolahnya.

“Sekolah (Fankam) juga menawarkan dukungan tambahan dengan menyumbangkan ransel dan perlengkapan sekolah untuk anak-anak yang membutuhkan,” bunyi keterangan dari laman Point of Light.

Per Mei 2012, ide Fankam berhasil diterima oleh 8 sekolah di Amerika Serikat. Kedelapan sekolah ini pun turut menyumbangkan lebih dari 500 tas ransel lengkap dengan perlengkapan sekolah lainnya.