Kecepatan cahaya sejauh ini menjadi satuan universal untuk batas kecepatan benda yang memiliki massa. Belum ada benda bermassa yang bergerak melebihi kecepatan cahaya.
Namun melansir Science Alert, ada partikel yang bisa berjalan melebihi kecepatan cahaya. Partikel yang masih berupa hipotesis itu disebut tachyon.
Belum terbukti tachyon benar-benar ada. Namun menurut teori, tachyon juga belum bisa 100 persen tidak ada.
Jika tachyon benar-benar ada, kecepatan tachyon tak bisa di bawah kecepatan cahaya. Beberapa fisikawan menyebut, tachyon akan terus berjalan kembali dalam waktu.
Karena itulah, tachyon selama ini dikaitkan dengan perjalanan lintas waktu (time travel) dalam buku-buku dan film fiksi ilmiah.
Mustahilnya benda bermassa untuk bergerak melebihi kecepatan cahaya membuat misi memetakan seluruh alam semesta mustahil. Pasalnya, bintang terjauh yang pernah terdeteksi berjarak 28 miliar tahun cahaya.
Di sisi lain, para ahli menemukan manusia hanya bisa bergerak mencapai 0,0037% kecepatan cahaya. Hal itu diungkap Philip Tan, ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT).
“Anda butuh untuk berada di kendaraan luar angkasa untuk mencapai kecepatan tersebut,” kata Tan seperti dikutip dari Live Science.
Jika mendekati kecepatan cahaya pun, manusia akan mengalami apa yang disebut momen dilatasi. Momen itu membuat manusia akan menua lebih lambat dari biasanya.
Selain itu, sebuah obyek yang bisa mendekati kecepatan cahaya biasanya akan terlihat lebih panjang atau pendek. Hal itu diungkapkan, Gerd Kortemeyer selaku Direktur Pengembangan Pendidikan dan Teknologi ETH Zurich.
Gerd mengandaikan sebuah sepeda yang mendekati sebuah obyek. Menurutnya, cahaya dari bagian sepeda punya jarak yang lebih pendek dengan obyek itu daripada cahaya yang datang dari bagian belakang. Alhasil, bagian belakang sepeda akan tampak lebih jauh di masa lalu.
“Sepeda itu pun terlihat lebih panjang dari aslinya,” kata Gerd.