Desainer Jeny Tjahyawati menyebut baju ramah lingkungan, seperti dari katun organik, kian diminati di pasar Indonesia. “Kain dengan baju ramah lingkungan bahannya lebih ringan, lebih mudah dibentuk dan menyerap keringat, cocok untuk iklim Indonesia yang tropis,” kata Jeny dalam webinar pada Selasa (1/6), yang diinisiasi oleh Cotton Council International (CCI), asosiasi perdagangan nirlaba yang mempromosikan serat kapas Amerika Serikat.
Sustainable clothing atau pakaian berbahan lestari mengacu pada kain yang berasal dari sumber daya ramah lingkungan, seperti tanaman serat yang ditanam secara berkelanjutan. Dan juga mengacu pada bagaimana kain-kain ini dibuat. Sadar lingkungan terhadap baju juga bermakna sadar dengan pilihan pemakaian baju dan dampaknya pada lingkungan hidup.
Saat ini baju ramah lingkungan bahkan sudah berkembang menuju pengurangan jumlah pakaian yang dibuang ke tempat sampah bahkan mengurangi dampak lingkungan atas produksi tanaman serat konvensional untuk dijadikan kain.
Tren tersebut mengalami peningkatan pada segmen para pencinta modest fashion. Indonesia memiliki potensi besar untuk meningkatkan produksi garmen dalam industri busana muslim, mengingat Indonesia memiliki populasi muslim terbesar di dunia.
“Komitmen dan konsistensi kami dalam memberikan nilai tambah bagi industri tekstil secara global, tidak terkecuali di Indonesia — senantiasa kami wujudkan melalui berbagai inisiatif,” kata Dr. Andy Do, perwakilan CCI di Indonesia.