in

Kondisi yang Mempengaruhi Buta Warna

Memilih warna pakaian. Foto: Pexels

Buta warna merupakan kondisi yang mempengaruhi persepsi seseorang pada corak rupa objek yang dilihat, seperti dilansir laman Healthline. Seseorang yang buta warna mengalami kesulitan membedakan di antara merah, kuning, dan hijau.

Menurut National Eye Institute, sebagian besar seseorang yang buta warna disebabkan oleh faktor genetik, turunan dari orang tua. Buta warna genetik masih dapat dilatih untuk mengoptimalkan kemampuannya.

Saat seseorang memasuki jenjang pendidikan atau dunia kerja, seringkali melalui tes mata. Tes ini berhubungan dengan kondisi buta warna. Dilansir Healthline, tes buta warna penting dilakukan sedari masih anak-anak. Hal ini karena semasa pendidikan anak-anak banyak diisi dengan sesuatu yang berwarna.

Menurut American Academy of Opthalmology (AAO), buta warna dialami jika tidak ada satu atau lebih sel kerucut. Kecenderungan lain sel kerucut ada, namun tidak berfungsi mendeteksi warna. Seseorang bisa saja tak memiliki ketiga sel kerucut. Ada juga sel kerucut tak berfungsi secara tepat.

Perbedaan umum buta warna, ialah total dan parsial. Buta warna total dikenal sebagai monokromasi, hanya dapat mengenali warna hitam dan putih. Sedangkan buta warna parsial masih dapat melihat warna, namun sulit mengenali beberapa jenisnya.

Dilansir National Eye Institute, deuteranomaly jenis buta warna yang umum. Orang dalam kondisi ini melihat warna hijau sebagai merah. Namun, jenis ini ringan dan biasanya tidak mengganggu aktivitas normal. Protanomaly merupakan kondisi yang melihat warna merah cenderung hijau dan kurang cerah. Protanopia dan deuteranopia, kondisi sama sekali tidak mengenali warna merah dan hijau.

Sementara Tritanomaly kondisi yang sulit membedakan antara biru dan hijau juga kuning dan merah. Tritanopia, kondisi tidak bisa membedakan antara biru dan hijau, merah dan ungu, dan kuning dan merah muda. Kondisi ini juga menyebabkan mata melihat berbagai warna terlihat redup atau kurang jelas.