Seorang astrofotografer menangkap gambar Matahari sebesar 286 megapiksel selama periode aktivitas Matahari paling intens dalam beberapa dekade.
Andrew McCarthy, yang dikenal oleh para followernya dengan nama akun @cosmic-background, mengambil gambar Matahari melalui teleskop beberapa waktu lalu.
Diperlukan kehati-hatian untuk mengabadikannya agar jangan sampai membuat matanya buta karena paparan sinar Matahari secara langsung.
Gambar definisi tinggi yang didapatkannya, merupakan gabungan mosaik dari sekitar 50 foto, masing-masing terdiri dari 600 foto berlapis. Bukan kebetulan Andrew mendapatkan gambar ini, melainkan sudah mengamatinya sejak lama dengan mengarahkan teleskopnya ke Matahari selama tiga tahun.
“Saat itu, gambar ini memperlihatkan bahwa inilah waktu Matahari paling aktif yang pernah saya lihat,” ujarnya seperti dikutip dari Daily Mail, Jumat (3/6/2022) lalu.
Matahari tampaknya bergerak ke periode yang sangat aktif dari siklus aktivitas 11 tahun, yang dimulai pada 2019 dan diperkirakan akan mencapai puncaknya pada 2025.
Aktivitas ini menghasilkan semburan Matahari dan ejeksi massa korona (Coronal Mass Ejection/CME), semburan energi yang kuat yang dapat mengarahkan ledakan berbahaya ke Bumi.
“Melihat Matahari penuh pada tingkat detail ini mungkin bukan sesuatu yang pernah dilihat banyak orang dalam hidup mereka. Selama periode aktivitas Matahari yang tinggi, Matahari akan terlihat seperti ini sepanjang waktu. Gambar ini lebih merupakan tanda bahwa siklus 11 tahun mendekati porsi maksimum aktivitasnya,” kata Andrew.
“Melihat 100 ribu foto hasil sendiri secara manual adalah bagian paling membosankan. Sepanjang sebagian besar proses, saya bahkan tidak tahu akan memiliki citra yang layak pada akhirnya,” sambungnya.
Andrew memilih 30 ribu foto yang membentuk gambar akhir dari 100 ribu foto yang didapatnya. Gambar tersebut menangkap bintik-bintik gelap, yang dikenal sebagai daerah aktif, di permukaan Matahari serta bintik Matahari terang yang meledak dari bola api raksasa.
Kromosfer Matahari, sebuah lapisan di atmosfer Matahari, dapat dilihat sebagai lapisan yang sangat tipis dari cahaya hidrogen alfa karena teleskop Andrew disetel secara tepat dengan refraktor 5 inci.
Area yang lebih ‘berbulu’ di ekstremitas luar adalah kantong plasma yang terperangkap dalam medan magnet, yang dikenal sebagai prominences, dengan area yang lebih terang, yang dikenal sebagai filamen, tersebar di seluruh bagian Matahari.
Dari sini, bintik Matahari, suar, dan lontaran massa korona meletus, yang mampu menggoreng permukaan Bumi jika jaraknya cukup dekat. Aktivitas ini diproses dalam warna palsu karena filter foto yang harus digunakan Andrew untuk memotret subjek yang begitu cerah.
Dua filter yang dia gunakan dengan teleskop khususnya dirancang untuk mencegah gambar terbakar dan fotografer menjadi buta.
Terlepas dari tindakannya, Andrew mengingatkan orang lain untuk tidak melihat langsung ke Matahari kecuali mereka memiliki peralatan khusus.
“Jangan arahkan teleskop ke Matahari kecuali Anda tahu apa yang Anda lakukan,” ujarnya.