in

9 Jenis Bulan serta Penjelasannya

Ilustrasi Blue Moon

Dalam beberapa momen, mungkin Anda pernah mendengar istilah Blue Moon (Bulan Biru), Black Moon (Bulan Hitam), Bulan Merah Darah (Blood Moon), Supermoon dan lain sebagainya.

Tahukah Anda bahwa istilah yang ada pada berbagai jenis fenomena bulan yang terjadi di langit ini merupakan bagian penamaan bulan secara tradisional.

Peneliti di Pusat Riset Antariksa Badan RIset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangerang Hasanuddin mengatakan, penamaan bulan ini memiliki makna dan ciri khas peristiwanya masing-masing.

Penamaan bulan itu diberikan merujuk pada kondisi, waktu terjadinya, hingga yang melatarbelakangi istilah tersebut diberikan.

Berikut beberapa jenis bulan serta penjelasannya.

  1. Blue Moon (Bulan Biru)

Andi menjelaskan, asal-usul tentang penamaan Bulan Biru atau Blue Moon ini sebenarnya masih simpang siur dan kebanyakan pihak menganggapnya sebagai kesalahan interpretasi.

Banyak orang meyakini istilah Bulan Biru atau Blue Moon yang dimaksudkan adalah sebagai sesuatu hal yang terjadi sangat langka berasal dari ketika kabut asap dan abu vulkanik dari letusan gunung berapi mengubah Bulan menjadi berwarna kebiruan.

Istilah ini sudah ada setidaknya sejak 400 tahun yang lalu, dan diketahui berasal dari seorang penutur cerita rakyat berkebangsaan Kanada, Dr. Philip Hiscock.

Saat itu, Dr Philip Hiscock mengusulkan, penyebutkan “Bulan Biru” bermakna bahwa ada hal yang ganjil dan tidak akan pernah terjadi.

Namun ternyata, bulan biru ini kemudian memiliki dua definisi turunannya yaitu Bulan Biru Bulanan (Monthly Blue Moon) dan Bulan Biru Musiman (Seasonal Blue Moon).

Andi menegaskan, meskipun diberi nama atau istilah Bulan Biru (Blue Moon), bukan berarti bulan pada saat peristiwa itu terjadi akan benar-benar berwarna biru.

  1. Black Moon (Bulan Hitam)

Istilah berikutnya mengenai bulan yang mungkin tidak asing bagi Anda yaitu Black Moon atau Bulan Hitam.

Andi menegaskan bahwa pada umumnya, bulan hitam merupakan ketampakan bulan yang terlihat bercahaya dan seolah hitam-gelap.

“Definisi awalnya memang merujuk ke bulan baru yang tidak memancarkan cahaya, karena posisinya segaris sehingga bagian yang menghadap bumi tidak terkena cahaya matahari (seolah tampak berwarna hitam),” kata Andi beberapa waktu lalu.

Adapun definisi mengenai bulan hitam ini juga ada banyak sekali, setidaknya 4 definisi Black Moon yang diketahui sampai saat ini, antara lain sebagai berikut.

  • Bulan hitam diartikan sebagai fase bulan baru yang kedua dalam satu bulan masehi.
  • Bulan hitam sebagai fase bulan baru ketiga dalam satu musim astronomis.
  • Bulan hitam sebagai masa di mana tidak terdapat fase bulan baru di bulan Februari.
  • Bulan hitam juga disebut sebagai fase di mana tidak ada purnama di Februari.
  1. Supermoon (Bulan Super)

Supermoon atau bulan super merupakan salah satu fenomena langit yang banyak ditunggu oleh orang-orang. Supermoon adalah fenomena bulan yang merujuk pada peristiwa terjadinya bulan purnama super. Maka dari itu, selain disebut Supermoon, ada pula yang menyebutnya Super Full Moon.

Supermoon ialah fase Bulan Purnama yang beriringan dengan Perigee, ketika Bulan berada pada titik terdekat dengan Bumi.

“Dalam satu tahun, terdapat 3-5 Bulan Purnama Super yang mana hanya 2-3 Purnama yang benar-benar Bulan Super karena waktu terjadinya Purnama astronomis tidak begitu jauh selisih waktunya dengan Perigee,” jelas Andi.

Jika menggunakan selisih waktu terjadinya Purnama astronomis dengan Perige, dengan definisi ini, maka selisih waktu terjadinya bulan purnama astronomis tidak boleh lebih dari 58 jam terhadap Perige.

  1. Super New Moon (Bulan Baru Super)

Super New Moon adalah fase Bulan Baru yang beriringan dengan Perigee, ketika Bulan berada pada titik terdekat dengan Bumi.

Fred Espenak, NASA menyebutkan Super New Moon ini merupakan jarak relatif (diukur dari Apoge) Bulan saat Bulan Baru lebih besar dari 90 persen jarak Bulan saat Perigee.

Dalam satu tahun, terdapat 3-5 Bulan Baru Super yang mana hanya 2-3 Bulan Baru yang benar-benar Bulan Baru Super karena waktu terjadinya Bulan Baru astronomis tidak begitu jauh selisih waktunya dengan Perigee.

Disampaikan Andi, jika menggunakan selisih waktu terjadinya Bulan Baru astronomis dengan Perige, dengan definisi ini, maka selisih waktu terjadinya Bulan Baru astronomis tidak boleh lebih dari 58 jam terhadap Perigee.

  1. Bulan Mikro

Sama seperti istilah fenomena yang terjadi pada bulan lainnya, ada pula yang disebut dengan Bulan Mikro. Bulan Purnama Mikro (Micro Full Moon), yakni fase Bulan Purnama yang beriringan dengan Apogee, ketika Bulan berada pada titik terjauh dengan Bumi.

Dalam satu tahun, terdapat 0-3 Bulan Purnama Mikro yang mana hanya 0-1 Purnama yang benar-benar Bulan Purnama Mikro karena waktu terjadinya Purnama astronomis tidak begitu jauh selisih waktunya dengan Apoge.

Menurut Espenak, untuk tahun 2022 ini, tidak terdapat Bulan Purnama Mikro. Akan tetapi, di tahun 2023 mendatang, terdapat empat Bulan Purnama Mikro.

  1. Bulan Baru Mikro (Micro New Moon)

Bulan Baru Mikro adalah fase fase Bulan Baru yang beriringan dengan Apogee, ketika Bulan berada pada titik terjauh dengan Bumi.

Dalam satu tahun, terdapat 1-3 Bulan Baru Mikro yang mana hanya 0-1 Bulan Baru Mikro yang benar-benar Bulan Baru Mikro karena waktu terjadinya Bulan Baru astronomis tidak begitu jauh selisih waktunya dengan Apogee.

Berbeda dengan Bulan Purnama Mikro, Micro New Moon akan terjadi tiga kali untuk tahun 2022. Setelah pada tanggal 30 Mei lalu, selanjutnya akan terjadi pada 29 Juni dan 29 Juli mendatang.

  1. Blood Moon (Bulan Merah Darah)

Blood Moon adalah fenomena Bulan berwarna kemerahan seperti darah saat terjadi Gerhana Bulan Total.

“Bulan Total cenderung berwarna kemerahan disebabkan oleh pembiasan Rayleigh, yakni pembiasan sinar Matahari secara selektif oleh atmosfer Bumi,” jelasnya.

Selanjutnya, saat Bulan berada di sisi yang berlawanan dengan sisi Bumi yang mengalami siang hari, sinar Matahari akan menempuh lintasan yang lebih panjang dibandingkan dengan sisi Bumi yang mengalami siang hari.

Dengan begitu, sinar Matahari yang sampai ke Bulan akan dibiaskan ke panjang gelombang yang lebih panjang dalam spektrum cahaya tampak yakni spektrum merah.

“Gerhana Bulan Total dapat berwarna jingga kemerahan disebabkan oleh debu dan kualitas udara yang buruk pada lokasi pengamatan,” ujarnya.

Sementara itu, Gerhana Bulan Total dapat berwarna merah kusam hingga kecoklatan jika kualitas udara di lokasi pengamatan bersih dari debu.

  1. Paschal Moon (Bulan Paskah)

Bulan Paskah ini memiliki dua kategori yakni Bulan Purnama Paskah (Paschal Full Moon) dan Bulan Baru Paskah (Paschal New Moon).

Bulan Purnama Paskah adalah purnama astronomis yang terjadi setelah Ekuinoks Vernal. Sedangkan, Bulan Baru Paskah adalah bulan baru astronomis yang terjadi sebelum bulan purnama paskah.

Untuk diketahui, Bulan Purnama Paskah selalu jatuh setelah ekuinoks vernal, tetapi tidak pada Bulan Baru Paskah yang bisa terjadi sebelum atau setelah ekuinoks vernal tersebut.

  1. Harvest Moon (Bulan Panen)

Istilah Bulan Panen ini juga dibagi menjadi dua peristiwa yakni Bulan Purnama Panen (Full Harvest Moon) dan Bulan Baru Panen (New Harvest Moon).

Bulan Purnama Panen adalah purnama astronomis yang terjadi berdekatan dengan Ekuinoks September baik sebelum ataupun setelah Ekuinoks September. Sementara, New Harvest Moon adalah bulan baru astronomis yang terjadi sebelum Bulan Purnama Panen.

Kejadiannya berdekatan dengan ekuinoks September baik sebelum ataupun ekuinoks September. Fenomena Harvest Moon ini akan terjadi pada 10 September 2022 untuk Bulan Purnama Panen dan tanggal 26 September untuk Bulan Baru Panen.