in

Menyusuri Gedung Biru Istana Kepresidenan Korea Selatan Usai Merdeka

Gedung Biru Istana Kepresidenan Korea Selatan. (Antara)
Gedung Biru Istana Kepresidenan Korea Selatan. (Antara)

Ada yang tak biasa jika menyusuri Istana Kepresidenan Korea Selatan, Gedung Biru “Blue House” (Cheong Wa Dae). Dulunya, bangunan ini yang berada di belakang istana Gyeongbokgung, kawasan Jongno, Seoul jarang dikunjungi dan selalu dijaga ketat petugas.

Gedung Biru resmi dibuka untuk publik mulai 10 Mei 2022 kini ramai karena terbuka untuk umum. Presiden Korsel yang baru, Yoon Seok Yeol memindahkan istana dan kantor presiden ke bekas gedung Kementerian Pertahanan di Distrik Yongsan, Seoul, berjarak lima kilometer dari Gedung Biru.

Gedung Biru memiliki arsitektur tradisional Korea dengan beberapa elemen modern. Ia memiliki ciri khas dengan atap berwarna biru dengan bentuk melengkung dan didesain elegan serta berhias Gunung Bugaksan sebagai latar belakangnya.

Butuh 150 ribu genting untuk menyusun atap Gedung Biru Istana Kepresidenan Korea Selatan. Masing-masing dipanggang secara terpisah, sehingga kuat digunakan selama ratusan tahun.

Gedung Biru terdiri dari kantor utama, kediaman resmi, Yeongbingwan (tempat konferensi besar dan acara resmi bagi tamu asing), Chunchugwan (tempat konferensi pers), Nokjiwon (taman kepresidenan dengan 120 jenis pohon), Sangchunjae (rumah musim semi), paviliun Chimnyugak, paviliun Ounjeong dan kuil.

Di belakang Gedung Biru juga masih ada jalur “hiking” yang langsung menuju ke Gunung Bugaksan dan juga dibuka untuk umum.

Kompleks Gedung Biru Istana Kepresidenan Korea Selatan merupakan bangunan tradisional Korea berbentuk huruf L. Di bangunan itu ada sejumlah ruang pertemuan, “make up room” hingga kamar tidur presiden.

Ada juga ruang keluarga, ruang ganti dan kamar mandi yang dilengkapi sauna. Di bagian dapur, ada “chandelier” besar tergantung.

Sementara gedung utama kompleks Gedung Biru adalah tempat presiden Korsel bertemu dengan tamu-tamunya dan menggelar berbagai rapat.

Ketika menyusuri lorong utama, ada Ruang Hwang yang dilengkapi dengan karpet merah dan “chandeliers” (lampu gantung). Selanjutnya ada ruang Mugunghwa yaitu kantor ibu negara yang berada di sisi kiri lantai pertama. Di ruang itu juga terpasang foto-foto ibu negara sebelumnya.

Di lantai dua, ada kantor presiden dan ruang resepsi. Di belakang kerja presiden terdapat dekorasi bunga mawar dan phoenix emas. Tangga besar yang ditutupi karpet merah terang menuju kantor presiden kerap menjadi latar tempat drama-drama Korea dengan genre politik.

Sejarah Gedung Biru Istana Kepresidenan Korea Selatan

Pemerintah Korsel menamakan bangunan tersebut sebagai Gedung Biru pada Agustus 1960 sebagai upaya untuk meredam sentimen negatif dari rakyat terhadap kediaman pemerintah sebelumnya yang dicurangi dalam pemilihan. Atap biru melambangkan perdamaian dan pemberontakan yang demokratis pada tahun 1960.

Gedung Biru Istana Kepresidenan Korea Selatan juga mengalami banyak perubahan selama bertahun-tahun. Dulunya, bangunan ini merupakan situs taman kerajaan hingga tahun keempat pemerintahan Raja Taejo (memerintah pada tahun 1392-1398).

Setelah Kekaisaran Jepang datang ke Korea, gubernur jenderal Jepang pada Juli 1939 membangun kediaman resmi di lokasi itu untuk ditinggali maupun berkantor semasa pemerintahan kolonial Jepang menguasai Semenanjung Korea.

Setelah Korea dibebaskan dari Jepang pada 1945, komandan militer Amerika Serikat kemudian menduduki tempat itu. Selanjutnya sejak 1948, bangunan itu menjadi kantor kepresidenan dan kediaman resmi Presiden Korea Selatan.

Luas Gedung Biru secara keseluruhan mencapai sekitar 250 ribu meter persegi atau 62 hektare. Gedung ini dibuka untuk kunjungan maksimal 39 ribu orang per hari. Masyarakat yang ingin datang ke Gedung Biru dapat mendaftar melalui aplikasi Kakao, Naver atau Toss.

Lingkungan kompleks istana pun berubah menjadi suasana seperti pekan raya karena kerumunan pengunjung terus mengalir untuk masuk istana sejak pagi. Bahkan antrian sudah dimulai sejak pukul 06.30 waktu setempat.

Di masa lalu, ribuan orang kerap berkumpul di dekat Gedung Biru untuk protes dan pawai. Namun saat ini ribuan orang berkumpul untuk mengantri dan masuk ke Gedung Biru demi memuaskan rasa ingin tahu mengenai keseharian para presiden Korsel dan keluarganya.

Presiden Korea Foundation Geun Lee saat berbincang dengan peserta “The Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea” yaitu program bentukan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation mengatakan minat rakyat Korea Selatan untuk datang ke Gedung Biru memang tinggi.

“Saya sendiri belum pernah ke sana, tapi area ‘Blue House’ sangat menarik. Di sana publik bisa melihat pakaian, telepon, bahkan toilet yang dipakai oleh mantan-mantan presiden korea Selatan sebelumnya karena pemerintahan yang baru memutuskan untuk menggunakan gedung Kementerian Pertahanan,” kata Geun Lee dikutip dari Antara.

Geun Lee menilai Korea Selatan memang memindahkan sejumlah kantor pemerintahan ke kota baru Sejong.

“Tapi kantor Presiden, kantor Kementerian Olahraga, Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan tetap di Seoul, sedangkan kementerian lain seperti Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri pindah ke Sejong, tapi DPR masih di Seoul, jadi memang agak kurang efisien karena pekerjaan koordinasi antarkantor pemerintahan harus melalui banyak perjalanan,” jelas Lee.