Tanpa oximeter, seseorang sebenarnya bisa menghitung napasnya guna mendeteksi gejala sesak napas. Hal tersebut dikatakan oleh Kepala Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Prikasih, dr. Gia Pratama. Ia juga menjelaskan pasien dikatakan sesak bila napasnya dalam satu menit Anda bernapas sebanyak 24 kali atau lebih. Normalnya, kata dia, napas seseorang guna memenuhi kebutuhkan oksigen berada pada kisaran 16-20 kali per menit.
Kondisi sesak napas bisa menyebabkan pasien sulit bernapas sehingga membuat mereka terengah-engah. Bahkan, dada mungkin terasa terlalu sesak untuk menarik atau menghembuskan napas. Setiap napas pendek saja membutuhkan usaha lebih besar dan membuat pasien dengan keluhan sesak napas merasa terengah-engah. Rasanya seperti bernapas melalui sedotan.
Gia menjelaskan, sebenarnya daya tampung paru-paru besar bila dalam kondisi bagus. Sehingga berliter-liter udara bisa masuk. Namun jika kondisi paru-parunya sedang tidak normal, hanay bisa menampung sedikit udara, makanya jumlah napasnya jadi tinggi. Napasnya pendek-pendek, apalagi kalau jumlah napasnya di atas 24 kali mulai cek ada apa di paru-parunya.
Sementara jika pasien memiliki oximeter, pastikan angka saturasi oksigennya tak kurang dari 94 persen. Normalnya angka saturasi oksigen untuk menunjukkan organ tubuh seperti jantung, paru dan sistem peredaran darah bekerja dengan baik berada pada sekitar 95-100 persen.
Oximeter dapat membantu Anda mengetahui berapa banyak oksigen dalam darah Anda. Alat berukuran kecil dan bisa dikantongi ini memiliki sensor yang menggunakan cahaya untuk mendeteksi oksigen.
Pasien yang saturasi oksigennya berada di bawah 94 persen, sebaiknya segera mendapatkan perawatan intensif di fasilitas kesehatan.