in

Cerita Mantan ASN Fokus Bertani Jamur, Untung Rp1 Militar Per Bulan

Ilustrasi jamur

Hampir semua orang mendambakan menjadi aparatur sipil negara (ASN). Tak heran, banyak yang berbondong-bondong mengikuti dan tes calon pegawai negeri sipil (CPNS).

Namun, ada beberapa orang yang memutuskan meninggalkan pekerjaan sebagai ASN ini, salah satunya Helmi Nurjamil, pendiri Jamur Halwa. Ia memutuskan mengundurkan diri sebagai ASN dan beralih profesi menjadi petani jamur pada 2020.

“Saya awal masuk PNS pada 2011, saat itu, masih mencoba sesuatu yang baru dan ingin mengimplementasikan ilmu yang didapat di perguruan tinggi. Di satu sisi, saya juga memiliki usaha budi daya ikan sidat,” ungkapnya.

Sesuai dengan live YouTube Kompas.com bertajuk “Inspirasi +62, EP.1: Resign dari PNS Kok Malah Jadi Petani??”, Jumat (17/6/2022), Helmi melanjutkan bahwa budi daya ikan sidat yang dijalani sempat diekspor ke Korea pada 2014.

Saat itu, pekerjaannya sebagai ASN dan bisnis budi daya ikan sidat berjalan  baik. Namun, ada suatu hal yang membuat usahanya bangkrut.

“Baca biografi orang sukses menjadi CEO dani waktu yang sama dia menjadi seorang ASN, memang ternyata harus memilih dan tidak bisa mengambil dua-duanya. Singkat cerita, saya resign pada 2020 untuk menjadi petani penuh waktu,” tutur Helmi.

Alasan memilih jamur untuk dibudidayakan

Helmi mengatakan dirinya dikenalkan pada komoditas jamur pada 2018 oleh rekannya. Sejak saat itu, ia terus mempelajari seputar jamur karena komoditas ini cukup menarik.

“Kalau jamur, dia panen setiap hari dan ini menurut saya menarik. Artinya, aliran uang akan terus berputar setiap hari. Itu awalnya saya memutuskan bertani jamur,” ungkapnya.

Terkait proses budi dayanya sendiri, Helmi menuturkan jamur cukup mudah ditanam. Bahkan, seseorang tidak perlu memiliki lahan luas karena di rumah pun jamur bisa tumbuh.

Hanya saja, area untuk budi daya jamur harus memiliki suhu lebih-kurang 28 derajat Celsius dan tingkat kelembapan pada 80-90 persen.

“Dibudidayakan di Jakarta bisa, Cikarang bisa. Enggak ada masalah karena memang budi daya jamur bukan di luar ruangan. Menariknya, jamur ini enggah butuh ruang besar karena dibudi daya secara vertikal,” jelas Helmi.

Bahkan, ditumpuk secara berdempetan antara satu jamur dan lainnya pun tidak masalah, asalkan, baglog, wadah tanam untuk meletakkan bibit jamur, jangan sampai kering sehingga jamur tidak bisa tumbuh.

Berdasarkan informasi dalam akun Instagram @jamurhalwa, baglog bisa diartikan sebagai kantong serbuk kayu berbentuk silinder.

Dengan kata lain, baglog adalah media tanam untuk meletakkan bibit jamur tiram, yang  nantinya juga berfungsi sebagai media yang ditumbuhi buah jamur tiram.

Masih muda sehingga mudah untuk inovasi

Selain karena masa panennya cukup singkat, Helmi merasa untuk mulai bertani, sebaiknya dilakukan saat seseorang masih muda dan tidak menunggu setelah pensiun.

Sebab, masa muda adalah kesempatan terus mencoba, merencanakan, dan melakukan inovasi dalam bertani jamur.

“Kalau baru dimulai saat pensiun atau saat umur kita 60 tahun, merencanakan suatu inovasi kayaknya sudah lelah duluan,” imbuh Helmi.

Terkait dengan inovasi, menurut Helmi, jamur memiliki manfaat yang tidak dimiliki komoditas lain lantaran bisa diolah dalam periode tumbuh apa pun.

Saat sudah tidak aktif, misalnya, baglog bisa diolah kembali menjadi pupuk organik dan pakan ternak. Jamurnya sendiri pun tidak hanya bisa dijual saat masih segar, tapi juga diolah menjadi es jamur, bahkan sate jamur.

“Jamur ini bisa kita bikin kering (menjadi) tepung, lalu diolah sebagai kaldu jamur. Kaldu ini banyak digandrungi oleh masyarakat yang tidak ingin anaknya mengonsumsi MSG. Budi daya jamur memang tidak ada yang terbuang, serunya di situ. Semua bisa jadi uang,” katanya.

Omzet yang diraih

Helmi mengakui keputusan melepaskan status sebagai ASN bukan hal mudah. Keluarganya pun turut andil dalam memastikan apakah keputusan sudah benar-benar bulat.

Akan tetapi, ia mengatakan saat seseorang selalu berada dalam zona aman dan nyaman, mereka tidak bisa tumbuh.

“Ketika di dunia usaha ada masalah, masih ada anggapan bahwa masih aman karena masih dapat gaji setiap bulan (saat menjadi ASN). Pola ini enggak mendorong kita sampai batas,” ucapnya.

Untuk ASN sendiri, pendapatan yang diraup sudah bisa dilihat berdasarkan golongannya. Namun, di dunia usaha, dalam hal ini industri jamur, seorang pengusaha menciptakan pendapatan yang diinginkan.

Namun, Helmi menegaskan bahwa perbandingan pendapatan ASN dan petani jamur tidak sebanding karena sudah beda ranah.

“Di sini, kalau misal mau mendapatkan penghasilkan Rp 11 juta, berarti harus panen satu ton per hari. Perlu perencanaan untuk bisa mencapai segitu, perlu skala apa saja. Bikin perencanaan-perencanaan,” tuturnya.

Perihal omzet, Helmi mengungkapkan saat ini Jamur Halwa memiliki 17 kumbung (rumah jamur). Jika semuanya dalam periode aktif, pihaknya bisa mendapatkan rata-rata panen 50 kilogram.

“Bisa dikalikan sendiri (dengan harga jamur). Itu baru dari jamur segar, belum dari olahan jamur, bibit, dan lain-lain. Tapi, saat ini omzet sudah mencapai sekitar Rp1 miliar per bulan,” pungkas Helmi.