Sebuah lubang ozon yang tak biasa ditemukan baru-baru ini. Lubang ini tujuh kali lebih besar dari yang ada di atas benua Antartika, dan ditemukan di daerah tropis. Lubang ini sudah ada di sana selama lebih dari 30 tahun.
Penemunya adalah Qing-Bin Lu, seorang ilmuwan dari University of Waterloo di Ontario, Kanada yang mengungkap keberadaan lubang ozon ini. Temuan ini mengejutkan, karena ilmuwan lain tidak melihatnya pada pemodelan yang digunakan sebagian besar peneliti.
Lubang itu ada sepanjang tahun dan telah ada sejak 1980-an. Ia ada di atas area yang membentuk setengah dari luas permukaan dunia dan menampung setengah dari populasi dunia.
Kesenjangan yang mengkhawatirkan terungkap di stratosfer bawah di atas daerah tropis. Kedalamannya serupa dengan lubang ozon Antartika yang terkenal muncul selama musim semi, tetapi wilayahnya jauh lebih besar. Para peneliti memperkirakan ukurannya kira-kira tujuh kali lebih besar.
Kondisi ini tentu mengkhawatirkan. Penipisan lapisan ozon dapat menyebabkan tingkat radiasi UV yang lebih tinggi mencapai permukaan Bumi, yang dapat meningkatkan risiko kanker kulit dan katarak pada manusia, serta melemahkan sistem kekebalan tubuh serta menghancurkan pertanian.
“Daerah tropis merupakan setengah dari luas permukaan planet dan merupakan rumah bagi sekitar setengah populasi dunia. Keberadaan lubang ozon tropis dapat menimbulkan kekhawatiran global yang besar,” kata Lu, dikutip dari News Week, Jumat (8/7/2022).
“Penipisan lapisan ozon dapat menyebabkan peningkatan radiasi UV di permukaan tanah, yang dapat meningkatkan risiko kanker kulit dan katarak pada manusia, serta melemahkan sistem kekebalan manusia, menurunkan produktivitas pertanian, dan berdampak negatif pada organisme dan ekosistem perairan yang sensitif,” sambungnya.
Menganalisis perubahan ozon rata-rata tahunan, perbedaan klimatologi ozon tahunan dan perubahan suhu selama beberapa dekade terakhir mengungkapkan ruang lingkup lubang ozon yang baru.
Lu melihat lubang ozon yang ditemukannya mengejutkan rekan-rekannya di komunitas ilmiah, karena tidak diprediksi oleh model fotokimia konvensional.
Meski demikian, datanya cocok dengan model reaksi elektron yang digerakkan oleh sinar kosmik (CRE) dan sangat menunjukkan mekanisme fisik yang identik yang bekerja untuk lubang ozon Antartika dan tropis.
Laporan awal menunjukkan tingkat penipisan ozon di wilayah khatulistiwa sudah membahayakan populasi besar dan radiasi UV terkait yang mencapai wilayah ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan.
Pada pertengahan 1970-an, penelitian atmosfer menunjukkan lapisan ozon yang menyerap sebagian besar radiasi ultraviolet Matahari, mungkin habis karena bahan kimia industri terutama klorofluorokarbon (CFC).
Penemuan lubang ozon Antartika tahun 1985 mengkonfirmasi penipisan ozon yang disebabkan oleh CFC, dan meskipun larangan bahan kimia semacam itu membantu memperlambat penipisan ozon, bukti menunjukkan penipisan ozon terus meningkat.
Lu mengatakan lubang ozon tropis dan kutub memainkan peran utama dalam mendinginkan dan mengatur suhu stratosfer, mencerminkan pembentukan tiga ‘lubang suhu’ di stratosfer global.
Dia mengatakan temuan ini mungkin terbukti penting untuk lebih memahami perubahan iklim global. Penemuan terbaru ini menambah studi sebelumnya tentang mekanisme perusakan ozon (CRE) yang digerakkan oleh sinar kosmik yang digerakkan oleh elektron yang awalnya diusulkan oleh Profesor Lu dan rekan-rekannya sekitar dua dekade lalu.
“Penemuan ini membutuhkan studi lebih lanjut tentang penipisan ozon, perubahan radiasi UV, peningkatan risiko kanker, dan efek negatif lainnya pada kesehatan dan ekosistem di daerah tropis,” tutup Lu.