in

Idul Adha, Begini Tradisi Unik Jemur Kasur di Banyuwangi

Ilustrasi menjemur kasur. Foto: MPI/Avirista
Tradisi menjemur kasur di Banyuwangi jelang Idul Adha (dok MPI/Avirista)

Pada Hari Raya Idul Adha, warga Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi memiliki tradisi unik bernama mepe kasur. Tradisi menjemur kasur ini dipercaya bisa membuat harmonis dan langgeng hubungan pasangan suami istri (pasutri).

Tampak, tradisi mepe kasur ini dilakukan dengan menjemur kasur kapuk di halaman rumah masing-masing warga Desa Kemiren. Dimana tiap rumah yang menjemur kasur ketika memasuki Hari Idul Adha di bulan Dzulhijjah.

Tokoh Adat Using Desa Kemiren Adi Purwadi mengatakan, tradisi mepe kasur merupakan salah satu dari rangkaian upacara adat tumpeng sewu di Desa Kemiren yang digelar setiap minggu pertama bulan Dzulhijjah antara hari Kamis atau Minggu.

“Upacara adat tumpeng sewu bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur warga terhadap nikmat yang telah diberikan sang pencipta,” Adi Purwadi dikutip dari Okezone.

Uniknya, semua kasur yang dijemur memiliki warna yang sama yakni merah hitam. Dua warna itu yang melambangkan sebuah harmonisasi rumah tangga dengan perpaduan prinsip keberanian hingga keabadian.

“Mungkin satu-satunya desa yang punya kasur seragam dengan warna merah dan hitam. Warna hitam warna keabadian dan merah warna keberanian dan kerja keras,” tambahnya.

Menurut Adi, kedua unsur itu dijadikan prinsip warga desanya dalam membangun sebuah mahligai rumah tangga.

“Kalau kita ngomong kasur berarti kita ngomong rumah tangga, kalau ingin rumah tangga bahagia maka ikut dua unsur tadi, keabadian tentang jodohnya ‘katresnane’ harus dikukuhkan dan dirawat, yang kedua kerja keras dan keberanian juga harus dirawat,” ujarnya.

Keduanya saling memiliki keterikatan dalam kehidupan pasutri, mulai keterkaitan asmara yang terus dipupuk dan pundi-pundi keberanian untuk membangun perekonomian yang kayak, dari dua unsur tersebut diyakini mampu menjaga keharmonisan rumah tangga.

“Kalau sudah cintanya terus dibangun dan ditopang dengan kerja keras untuk memenuhi kebutuhannya, barulah rumah tangga bahagia itu akan tercapai,” cetusnya.

Adi menjelaskan, setiap orang tua di Desa Kemiren yang memiliki anak perempuan saat menikah bakal memberinya sebuah kasur berwarna merah dan hitam.

Kasur itu menjadi pertama yang diberikan sebelum kebutuhan – kebutuhan lainnya. Hal ini beriringan dengan doa orang tua agar buah hatinya bahagia membangun rumah tangga baru.

“Orang sini kalau punya anak perempuan pasti diberikan kasur merah hitam sebelum membeli kebutuhan lainnya,” pungkasnya.