Merdeka Belajar bertujuan memberikan siswa hak akan pendidikan yang berkualitas, sebagaimana dijelaskan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim dikutip dari laman resmi GTK Kemdikbud.
Contextual Learning adalan salah satu cara mewujudkan keberhasilan di era merdeka belajar. Guru Besar Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Prof Dr. Gunarti Dwi Lestari, M.Si., M.Pd., memaparkan beberapa komponen Contextual Learning.
Untuk diketahui, konsep Contextual Learning ini adalah program belajar yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan dengan penerapan dalam kehidupan nyata. Konsep ini dinilai cocok dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Namun, untuk mewujudkannya dibutuhkan beberapa komponen dalam konsep Contextual Learning ini.
“Konsep belajar ini sebenarnya mendorong hubungan antara pengetahuan dan penerapan. Bagaimana pengetahuan itu diberikan kepada anak tetapi sekaligus ambil dari kehidupan nyata, diajarkannya yang lebih dekat dengan kehidupan anak,” kata Prof Gunarti, dalam webinar Selasa Seru yang dilaksanakan beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, Guru Besar Unesa tersebut memaparkan deretan komponen Contextual Learning dalam mewujudkan Merdeka Belajar, berikut penjelasannya.
- Konstruktivisme
Dalam komponen Konstruktivisme berarti berkaitan dengan bagaimana siswa mengaktifkan sebuah pengetahuan yang ada, sehingga nantinya dapat menyusun suatu konsep. Lalu, dengan konsep tersebut siswa bisa saling sharing dan mempraktekkan di lapangan untuk memperoleh pengalaman.
- Inquiry (Menemukan)
Inquiry berarti menemukan. Dalam komponen ini, siswa mengalami proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. Komponen inquiry membantu siswa untuk berpikir lebih kritis dalam kegiatan belajar.
“Jadi kalau ada tema-tema tertentu diangkat, diperdalam, lalu anak menemukan konsep itu secara kritis, itu dinamakan sudah dia inquiry,” ujar dosen Pascasarjana Pendidikan Luar Sekolah Unesa ini.
- Questioning (Bertanya)
Komponen Contextual Learning selanjutnya yaitu questioning atau bertanya. Kegiatan ini mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
- Learning Community (Masyarakat Belajar)
Learning Community berarti orang yang terikat dalam kegiatan belajar. Para siswa nantinya bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri, maka dengan begitu mereka dapat bertukar pengalaman dan berbagi ide.
- Modelling (Pemodelan)
Pemodelan berarti ada model atau contoh yang bisa ditiru. Biasanya kegiatan modelling ini bisa berupa cara mengerjakan sesuatu, contoh hasil karya, narasumber, dan lain sebagainya. Jadi, guru bukan satu-satunya model, karena dalam Merdeka Belajar peran guru hanya sebagai fasilitator.
- Reflection (Refleksi)
Siswa nantinya akan merenungkan apa yang telah dipelajari. Refleksi bisa dilakukan dengan cara pernyataan langsung, catatan mengikuti kegiatan, kesan atau saran, dan lain sebagainya.
- Authentic Assessment (Penilaian yang Sebenarnya)
Dalam komponen ini, pengetahuan dan keterampilan siswa akan diukur atau dinilai. Authentic Assessment ini akan berbeda-beda tiap jenjang pendidikan.
Demikianlah deretan komponen Contextual Learning yang dijelaskan oleh Prof Gunarti. Ia juga menekankan, kunci dari era Merdeka Belajar yaitu bagaimana membuat pembelajaran menyenangkan.