Burung pelatuk merupakan salah satu hewan yang unik. Burung ini memiliki kebiasaan mematuk-matukkan paruhnya ke batang pohon. Hal ini mereka lakukan berulang kali tanpa merusak otaknya.
Unggas yang berasal dari famili Picidae ini diketahui mampu mematuk batang pohon dengan kekuatan signifikan. Melansir Portal Sains, kecepatannya mencapai 20 kali per detik untuk bisa melubangi batang pohon yang keras.
Kebiasaan burung pelatuk ini menarik perhatian para ilmuwan. Seorang peneliti melaporkan dalam jurnal Current Biology pekan lalu bahwa kepala burung pelatuk berperan seperti palu yang kaku.
Hasil studi ini menepis gagasan sebelumnya bahwa tengkorak burung pelatuk berperan seperti helm penyerap guncangan.
“Dengan menganalisis video berkecepatan tinggi dari tiga spesies burung pelatuk, kami menemukan bahwa burung pelatuk tidak menyerap guncangan akibat benturan dengan pohon,” kata Sam Van Wassenbergh, seorang peneliti dari Universiteit Antwerpen, Belgia, seperti disadur dari Science Daily, Selasa (26/7/2022).
Van Wassenbergh dan rekan peneliti lainnya menghitung dampak perlambatan yang dilakukan ketiga spesies tersebut saat mematuk pohon. Tim peneliti menggunakan data untuk membangun model biomekanik.
Ia mengatakan bahwa burung pelatuk bisa membuat kesalahan, misalnya jika mereka mematuk logam dengan kekuatan penuh. Namun, kebiasaan mematuk mereka pada batang pohon umumnya jauh di bawah ambang batas yang bisa menyebabkan gegar otak, bahkan tanpa tengkorak mereka bertindak sebagai helm pelindung.
Alasan itulah yang menyebabkan burung pelatuk tidak mengalami gegar otak meskipun berulang kali mematukkan paruhnya ke batang pohon.
Dari sudut pandang evolusi, kata Van Wassenbergh, temuan ini turut menjelaskan mengapa tidak ada burung pelatuk dengan otot kepala dan leher yang jauh lebih besar. Sebab, burung pelatuk yang lebih besar dapat mematuk lebih kuat, namun kemampuan ini justru bisa menyebabkan masalah yang lebih besar untuk hewan ini.
Tim peneliti juga mencatat dalam penelitiannya yang lain bahwa paruh burung pelatuk sering tersangkut, tetapi burung-burung ini dapat melepaskannya dengan menggerak-gerakkan paruh bagian atas dan bawah secara bergantian.