Priscilla Hertarti, srikandi MMA Indonesia, mengapresiasi ONE Championship yang memberi tempat spesial bagi para seniman bela diri wanita untuk unjuk kebolehan.
Priscilla merupakan salah satu atlet yang mencicipi persaingan para seniman bela diri elite di dunia, telah berkompetisi di ONE Championship sejak 2017. Hingga kini, juara wushu nasional itu telah mengoleksi tujuh kemenangan atas atlet dari berbagai negara.
Meski belum berkesempatan menjalani laga perebutan gelar juara dunia, Priscilla telah menjadi inspirasi bagi para wanita Indonesia untuk mengejar karier seusia renjana yang mereka punya.
“Saya sangat berterima kasih pada ONE Championship dan Chatri (CEO ONE) karena sudah memberi kesempatan bagi para wanita, khususnya wanita Indonesia. Di ajang-ajang besar begini, kita bisa menampilkan bahwa perempuan Indonesia bisa bersaing dengan wanita-wanita di luar sana,” terang Priscilla.
Menurut Priscilla, ONE Championship menjadi bukti bahwa wanita Indonesia bisa bergerak di level internasional dalam MMA yang dianggap olahraga yang keras.
“Saya bersyukur atlet wanita Indonesia bisa mengambil peran penting,” tegas Priscilla.
Pada 2019, Priscilla berlaga dalam salah satu partai utama di Istora Jakarta dalam ajang ONE: DAWN OF VALOR, di mana erlaga di main card adalah tak mudah, karena prestasi serta nama besar sering jadi pertimbangan. Apalagi, banyak pihak yang kerap memandang sebelah mata kemampuan bela diri kaum hawa.
Namun, ONE Championship selalu bisa memberi panggung yang setara. Contohnya, dalam ajang ONE X yang merupakan pergelaran terbesar untuk memperingati satu dekade ONE Championship, partai puncak diisi oleh laga antara Angela Lee melawan Stamp Fairtex.
Hal itu, kata Priscilla, membuktikan bahwa jenis kelamin tidak jadi pembeda untuk berprestasi dalam seni bela diri.
“Itu dia yang saya bilang, di ONE itu enggak membedakan sekiranya memang pantas dinaikkan. Mereka ini layak, perempuan ini layak ditaruh di partai utama. Jadi sudah benar-benar enggak ada perbedaan. Ini jadi semangat khususnya wanita Indonesia, sekarang pria dan wanita sama,” tutur Priscilla.
Dalam berbagai industri olahraga, para atlet wanita yang memutuskan untuk menikah kerap kesulitan untuk mengembangkan karier terutama karena mereka harus beristirahat panjang saat hamil dan setelah melahirkan.
Priscilla yang juga baru menikmati peran sebagai ibu pada tahun lalu mengatakan, stigma itu tidak berlaku di ONE Championship.
Faktanya, ONE menjadi rumah bagi banyak atlet yang juga adalah seorang ibu. Sebut saja juara dunia ONE Atomweight Angela Lee, juara dunia ONE Atomweight Muay Thai Allycia Hellen Rodrigues, hingga Colbey Northcutt. Mereka tengah berada dalam usia emas, tetapi tak merasa khawatir untuk rehat sejenak demi menjadi ibu sebelum kembali berlaga.
Angela Lee dan Allycia Rodrigues adalah juara di disiplin masing-masing, dan dalam beberapa kasus di organisasi lain, status juara mereka akan dicopot karena tidak aktif mempertahankan gelar.
Chatri menegaskan, peran dalam keluarga jauh lebih penting dibandingkan karier, dan ONE memberi keleluasaan bagi atlet untuk menentukan jalur yang mereka kehendaki.
“Itu yang saya suka dari ONE Championship. Banyak di antara atlet wanita ada yang jadi ibu dan ONE Championship tetap mempercayakan. Mereka (ONE) menunggu kita siap dan enggak memaksa kapan [harus tanding]. Mereka menunggu kesiapan kita baru kita sudah siap kita lapor dan mereka panggil. Sekiranya kita belum siap, kita akan dikasih waktu,” terang Priscilla.
“Kalau di Indonesia, selalu berpikir kalau sudah jadi ibu atau menikah kariernya selesai. Itu yang berbeda kalau di ONE Championship, responsnya itu selalu yang positif. Apalagi dengan bonus-bonus yang dikasih kalau kita main bagus. Itu kan jadi motivasi siapa pun atlet ingin tunjukkan yang terbaik. Itu bukan jadi ajang gengsi saja, tapi bagaimana atlet bisa memberikan yang terbaik,” pungkas Priscilla.