in

Upaya Astronom Cari Meteorit Antarbintang, Ini Alat yang Digunakan

Ilustrasi Astronom. Foto: Infoastronomy.org

Beberapa astronom disebut sedang bersiap memancing sebuah meteorit kecil dari sistem bintang lain, yang pernah menabrak Samudra Pasifik. Mereka mencari meteorit antarbintang tersebut dengan menggunakan magnet besar.

Benda angkasa tersebut pernah menabrak Bumi dengan energi yang setara dengan sekitar 121 ton (110 metrik ton) TNT. Oleh sebab itu, tim dari Harvard University berencana untuk menemukan pecahan batu meteor antarbintang yang dikenal sebagai CNEOS 2014-01-08 ini.

Menurut studi yang dipublikasikan di jurnal pra-cetak ArXiv pada Juli 2022, CNEOS 2014-01-08 pertama kali menghantam Bumi pada 8 Januari 2014 silam.

“Menemukan fragmen seperti itu akan mewakili kontak pertama yang pernah dimiliki umat manusia dengan material yang lebih besar dari debu di luar tata surya,” tutur Amir Siraj, astrofisikawan di Harvard University sekaligus penulis studi.

Dikutip dari Live Science, Siraj mengidentifikasi asal objek antarbintang dalam sebuah studi tahun 2019.

Namun, ia baru mengonfirmasi temuan tersebut kepada U.S. Space Command pada Mei 2022. Dia mengatakan, tidak ada saksi terkait dengan objek, yakni meteorit antarbintang yang pernah menabrak Bumi tersebut.

“Itu (meteorit) menghantam atmosfer sekitar seratus mil (160 kilometer) di lepas pantai Papua Nugini saat tengah malam, dengan sekitar 1 persen energi bom (atom) Hiroshima,” ucap Siraj.

Proyek menemukan meteorit yang disebut Galileo milik Siraj dan Astrofisikawan Harvard Avi Loeb, merupakan sebuah ekspedisi senilai 1,6 juta US dolar untuk menurunkan magnet yang ukurannya serupa king bed, dengan arah 1,3 derajat selatan, 147,6 derajat timur.

Ini merupakan lokasi tempat meteorit Departemen Pertahanan Amerika Serikat berada.

“CNEOS 2014-01-08 jauh melebihi kekuatan material meteorit besi biasa, yang seharusnya membuatnya lebih mudah untuk dipulihkan,” tutur Siraj.

Kekuatan material pada meteorit antarbintang ini mengacu pada seberapa mudah sesuatu dapat menahan deformasi atau rusak oleh beban.

Ilustrasi komet jatuh ke Bumi. Pada 13.000 tahun yang lalu, pecahan komet yang besar menyebabkan badai api dan melanda Planet Bumi, yang memicu Zaman Es.

“Kebanyakan meteorit mengandung cukup besi sehingga mereka akan menempel pada jenis magnet yang kami rencanakan untuk digunakan untuk ekspedisi laut. Mengingat kekuatan materialnya yang sangat tinggi, kemungkinan besar fragmen CNEOS 2014-01-08 bersifat feromagnetik,” terang Siraj.

Berangkat dari Papua Nugini, kapal Proyek Galileo akan menggunakan kereta luncur magnet pada longline winch, yang akan ditarik di sepanjang dasar laut pada 1,7 km selama 10 hari. Diharapkan magnet dapat memulihkan fragmen kecil meteorit, berukuran sekecil 0,004 inci tersebut.

Namun, masih belum jelas kapan para astronom akan dapat melakukan ekspedisi mereka. Siraj menyampaikan, cara alternatif untuk mempelajari objek antarbintang dari jarak dekat adalah dengan meluncurkan misi luar angkasa ke objek masa depan, yang melewati Bumi.

“Tapi itu akan menjadi 1.000 kali lebih mahal, sekitar 1 miliar US dolar,” banding Siraj.