Prilly Latuconsina mengaku film “12 Cerita Glen Anggara” berdampak pada perubahan sikap yang positif bagi dirinya untuk lebih merasa bersyukur atas kehidupan yang ia miliki di kehidupan nyata.
“Film ini memberi kesan dan perubahan sikap di diri aku. Dan aku rasakan banget dari kebiasaan-kebiasaan kecil yang biasanya aku lakukan namun berubah semenjak syuting ini. Makanya aku bersyukur banget bisa menjadi bagian dari film ini,” kata Prilly saat gala premiere film belum lama ini.
Sebelum terlibat dengan film tersebut, Prilly mengaku dirinya memiliki kebiasaan buruk yaitu sering tak menghabiskan makanan dan kerap membuang-buang makanan karena tanpa disadari membeli porsi dalam jumlah banyak.
“Sekarang jadi nggak kayak gitu (lagi) karena kalau gitu kan banyak makanan yang terbuang. Jadi benar-benar aku hanya pesan satu menu yang bisa aku makan saja, dan kalau bisa aku habiskan,” katanya.
Dalam film tersebut, Prilly berperan sebagai seorang gadis bernama Shena yang menderita penyakit gagal ginjal dan harus membatasi diri untuk tidak mengonsumsi makanan-makanan tertentu.
“Shena kan nggak bisa makan makanan yang biasa kita makan. Dia kalau habis cuci darah, ya, kalau bisa cuma makan apel, lalu minum air putih, kayak gitu saja kan,” kata dia.
“12 Cerita Glen Anggara” juga membawa dampak perubahan lain bagi Prilly yang lebih menyadari pentingnya menjaga kesehatan dan peduli terhadap kesehatan diri sendiri.
Dalam “12 Cerita Glen Anggara” Shena dikisahkan harus menjalani perawatan cuci darah secara rutin. Hal tersebut membuat Prilly menjadi lebih menyadari tentang pentingnya menjaga kesehatan dan peduli terhadap kesehatan diri sendiri.
“Kebetulan aku, Prilly, adalah orang yang paling cuek juga sama kesehatan. Kadang kalau sudah kerja, sakit saja nggak dirasa karena sudah biasa waktu dulu sakit tifus tetap syuting stripping, jadi kayak sangat tidak peduli dengan kesehatan,” kata dia.
Untuk mendalami karakter yang ia perankan, Prilly melakukan riset seputar penyakit gagal ginjal mulai dari membaca artikel, membaca cerita atau pengalaman pasien gagal ginjal, hingga mengobrol dengan keluarga yang mendampingi penderita gagal ginjal.
“Yang paling aku tekankan itu perasaan dia (pasien gagal ginjal). Apa, sih, yang dia rasakan melihat alat-alat yang segitu besar. Orang-orang yang melihat darahnya dikeluarkan, terus dimasukkan ke mesin terus dimasukkan lagi ke badan dia,” demikian Prilly.