Walau kaya protein, konsumsi daging merah sebaiknya dibatasi. Salah satunya untuk menurunkan risiko terkena kanker.
Saat daging dimasak pada suhu tinggi, misalnya dipanggang atau digoreng, ada dua zat yang terkait dengan risiko kanker, yakni amina heterosiklik (HCA) dan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH). Menyantap daging yang dimasak dengan baik dan sangat matang secara signifikan meningkatkan risiko kanker prostat, menurut penelitian terhadap sekitar 23.000 orang dalam Jurnal Cancer Epidemiology, Biomarkers and Prevention Januari 2008.
Sebuah studi dalam International Journal of Cancer pada Agustus 2019 menunjukkan orang yang banyak makan daging berisiko 23 persen lebih tinggi terkena kanker payudara dibandingkan dengan yang makan lebih sedikit daging merah.
Di sisi lain, orang yang menyantap lebih banyak daging unggas memiliki risiko 15 persen lebih rendah terkena kanker daripada yang tidak mengonsumsinya. Para peneliti menemukan orang yang mengganti daging merah dengan daging unggas mengalami penurunan risiko kanker payudara paling signifikan.
Alasan lain perlu membatasi asupan daging merah demi menurunkan risiko terkena penyakit jantung. Studi dalam BMJ pada Juni 2019 menemukan hubungan antara penyakit jantung dan daging merah yang tak diproses. Peneliti studi mengamati data kesehatan sekitar 80.000 orang tanpa penyakit jantung.
Para peneliti menemukan makan setengah porsi ekstra atau lebih daging olahan setiap hari dikaitkan dengan risiko kematian 13 persen lebih tinggi. Orang yang memakan hanya dua porsi daging merah atau daging olahan dikaitkan dengan risiko 3-7 persen lebih tinggi terkena penyakit jantung dan risiko kematian 3 persen lebih tinggi, menurut sebuah studi di JAMA Internal Medicine pada Februari 2020.