in

Mengetahui Asal Usul Asteroid Ryugu, Lebih Tua dari Matahari

Ilustrasi asteroid. Foto: Istockphoto

Para ahli melakukan analisis mendalam terhadap puing-puing yang diambil dari asteroid Ryugu. Puing-puing tersebut mungkin menjadi sampel paling murni dari bebatuan kosmik yang pernah diperoleh manusia.

Puing-puing dari asteroid Ryugu ini menjadi material tata surya yang paling tidak terkontaminasi yang pernah dipelajari manusia. Hal ini diketahui sebagaimana disadur dari Science Alert.

Komposisi di dalam puing-puing menyiratkan kalau bebatuan itu mungkin berasal dari sistem di luar tata surya.

“Partikel Ryugu adalah material ekstraterestrial yang paling tidak terkontaminasi dan terpecah yang pernah dipelajari sejauh ini dan ia menyediakan kecocokan terbaik yang tersedia terkait komposisi Tata Surya yang luar biasa banyak,” tutur ahli kimia kosmo, Ito Motoo, dari Badan Teknologi Ilmu Laut dan Bumi Jepang (JAMSTEC) dalam jurnal Nature Astronomy.

Material dari asteroid Ryugu tiba di Bumi pada Desember 2020. Ia dibawa lewat misi Hayabusa2 dari Jepang. Misi itu mengirim wahana Hayabusa2 ke asteroid Ryugu yang terletak sekitar 9 juta km dari Bumi.

Dalam foto yang dipublikasikan setelahnya, terlihat bebatuan seperti kerikil berwarna hitam. Kumpulan puing-puing itu memiliki berat 5,4 gram, jauh melebihi target yang dipasang para ahli yakni 0,1 gram.

Para ahli pun telah memelajari dengan giat material dari asteroid Ryugu tersebut. Dari hasil penelitian itu, terungkap bahwa asteroid Ryugu tersusun dari komposisi yang mirip dengan kondrit berkarbon, yang membuatnya masuk ke dalam asteroid tipe C.

Mengutip dari Kamus Astro, kondrit adalah jenis meteor batuan (non logam) yang belum mengalami perubahan apapun dari bentuk awal. Meteor jenis ini terbentuk dari berbagai tipe debu dan butiran materi yang ada di masa prasejarah Tata Surya atau pada asteroid primitif.

Lebih lanjut, dalam analisis terbaru, Ito dan para koleganya menemukan material hidrogen berat dan nitrogen yang melimpah. Dua material itu konsisten dengan asal-usul di luar Tata Surya.

Hal tersebut membuat para ahli menduga asteroid Ryugu punya umur yang lebih tua dari Matahari. Dugaan itu cocok dengan teori komet, yang menyebut mereka berasal dari tata surya yang lebih jauh.

Di sisi lain, penelitian yang dibuat oleh para saintis dari Carnegie Science punya kesimpulan serupa. Jens Barosch dan Larry Nittler yang memimpin penelitian itu menggunakan metode NanoSIMS untuk mengetahui material puing-puing asteroid Ryugu.

Hasilnya, “Sampel yang kembali dari asteroid Ryugu, dibawa oleh pesawat Hayabusa2 berisikan butiran debu bintang pra-matahari. Jumlah dan komposisi material itu mirip dengan material pra-matahari yang ditemukan di CI krondit.”

“Dengan demikian, hasil penelitian kami menemukan bukti lebih jauh bahwa asteroid Ryugu sangat berkaitan dengan CI kondrit, sebuah hubungan yang berasal dari mineralogikal dan kelmpahan data kimiawi dan isotopik,” tutur mereka di The Astrophysicial Journal Letters.