in

Manusia Bisa Punya Kembaran Meski Tak Saudara, Ini Penjelasan Ahli

Ilustrasi orang kembar. Foto: Unplash

Terkadang, ada orang yang menemukan kembarannya meski tak memiliki hubungan saudara. Menanggapi hal itu, peneliti asal Spanyol mengungkapkan, hal tersebut berkaitan dengan pembagian DNA yang terjadi antara mereka.

“Di situasi dunia saat ini, ada banyak orang yang mungkin pada akhirnya memproduksi manusia dengan sekuens DNA yang mirip,” ungkap Manel Esteller, periset dari Josep Carreras Leukaemia Research Instituteseperti dikutip dari CNN.

Manel bersama seniman kanada Francois Brunelle melakukan riset terhadap 32 orang yang mirip secara fisik, namun tak berhubungan saudara. Kemudian, dalam proyek yang diberi nama “I’m not a look-alike (saya bukan saudara kembar)”, Manel melakukan tes DNA kepada para partisipan.

Pada mulanya, para partisipan harus mengisi jawaban dari beberapa pertanyaan. Kemudian, para ilmuwan menaruh foto para partisipan ke dalam tiga program pengenalan wajah (facial recognition) berbeda.

Dari 32 partisipan, 16 pasang ternyata mendapatkan skor yang mirip menggunakan perangkat lunak yang sama. Kemudian 16 partisipan lainnya terlihat sama secara kasat mata.

Namun algoritma perangkat lunak tidak mengidentifikasi mereka mirip. Lebih lanjut, para ahli melihat lebih dekat kepada DNA para partisipan.

16 partisipan yang dinyatakan sama oleh program disebut punya gen yang mirip daripada 16 paritsipan lainnya.

“Kami dapat melihat bahwa mereka yang mirip ini pada faktanya berbagi beberapa varian genetik. Dan itu sangat umum di antara mereka,” ujar Manel.

“Jadi, mereka berbagi varian genetik yang berhubungan semisal bentuk hidung, mata, mulut, bibir, dan bahkan struktur tulang. Itu adalah kesimpulan utama bahwa gen membuat mereka mirip,” ujarnya menambahkan.

Kendati ada kemiripan, Manel menemukan perbedaan pada para partisipan risetnya. Ketika para ilmuwan melihat kepada apa yang disebut epigenom dari para kembaran, mereka menemukan adanya perbedaan.

Epigenetik sendiri merupakam bidang studi yang memelajari bagaimana lingkungan dan perilaku bisa menyebabkan perubahan cara kerja gen seseorang. Kemudian, ketika para ilmuwan melihat lagi ke dalam mikrobioma dari pasangan yang terlihat sangat mirip, mikrobiomanya juga berbeda.

Mikrobioma sejatinya merupakan sejumlah virus, bakteri, dan fungi yang terlalu kecil untuk dilihat. Namun mereka hidup dalam tubuh manusia.

“Hasil ini tidak hanya menyediakan pandangan soal gen yang menentukan wajah kita, melainkan juga mungkin punya implikasi untuk properti antropometrik manusia dan bahkan karakter masing-masing,” tulis Manel dalam risetnya.