Anda mungkin pernah merasa kesal setelah melihat foto selfie diri. Anda merasa rambut Anda tidak sebagus aslinya atau gaun Anda tidak menarik sama sekali.
Beberapa hal bisa berperan dalam fenomena ini, kata Aenne Brielman, psikolog dan peneliti pascadoktoral yang mempelajari kecantikan dan estetika di Institut Max Planck untuk Sibernetika Biologis di Jerman. Hal pertama ialah harapan Anda saat Anda merencanakan foto yang sempurna.
“Setiap kali kami mengevaluasi sesuatu – apakah itu rasa, keindahan, apa yang Anda miliki – itu tak pernah didasarkan pada nilai absolut yang dimiliki benda itu,” katanya. Artinya, foto Anda tak secara objektif “baik” atau “buruk”, atau jika Anda lebih suka media sosial yang setara, “layak diposkan” atau “tidak layak diposkan”.
Sebaliknya, “evaluasi kami selalu relatif terhadap harapan,” kata Brielmann, mencatat bahwa kebanyakan dari kita sebenarnya memiliki harapan yang tinggi untuk diri kita sendiri, selama sesuatu seperti depresi klinis tidak berperan. “Jika kita berharap foto kita lebih baik dari rata-rata, dan kita mendapatkan foto rata-rata, kita cenderung kecewa,” kata Brielmann.
Ini penting untuk diingat jika Anda lebih cenderung memilih foto Anda sendiri, seperti yang semakin banyak dilakukan. Lebih dari tiga perempat ahli bedah plastik mengatakan bahwa pasien mereka mencari prosedur kosmetik profesional agar terlihat lebih baik dalam selfie mereka, naik 35 persensejak American Academy of Facial Plastic and Reconstructive Surgery pertama kali melihat tren pada tahun 2016.
Lebih lanjut, Brielmann mengatakan patut dipertanyakan apakah kita bisa mengevaluasi sebuah foto secara independen dari ingatan yang terkait dengannya. Ini berarti bahwa mengingat saat-saat indah — bahkan jika itu baru minggu lalu — membuat penilaian foto menjadi lebih positif, karena kita cenderung melihat keindahan sebagai salah satu bagian dari keseluruhan pengalaman positif, yang diwarnai oleh nostalgia dan tidak ada stresor yang mengganggu saat ini.