Seperti halnya manusia, hewan juga bisa mengalami albino. Hewan albino mulai terlihat di mana-mana, dari darat, udara, hingga laut meski masih terbilang langka di alami liar.
Selain di alam liar, hewan albino juga dapat dialami hewan-hewan yang telah dijinakan atau yang dijadikan hewan peliharaan dari berbagai jenis, seperti kucing, kelinci, kanguru dan lain-lain.
Dikutip dari laman Nationalgeographic.com, Selasa (6/9/2022), hewan albino kehilangan sebagian atau seluruhnya pigmentasi sehingga warna kulitnya pucat dibanding hewan lain dari spesies mereka.
Meski kelahiran hewan albino dianggap sebagai peristiwa suci atau keberuntungan di beberapa budaya, penelitian menunjukkan bahwa beberapa hewan albino mengalami kesulitan di alam liar.
Pada mamalia, albino terjadi ketika hewan mewarisi satu atau lebih gen yang bermutasi dari kedua orang tuanya yang mengganggu produksi melanin tubuh, pigmen utama yang menentukan warna kulit, bulu, dan mata.
Produksi melanin terjadi di dalam melanosit, sel khusus, tetapi tidak berfungsi penuh pada mamalia albino. Hewan non-mamalia juga bisa mengalami albino. Namun, karena dapat menghasilkan pigmen lain selain melanin, hewan ini tidak tampak sepenuhnya putih.
Bahkan mamalia albino dapat menunjukkan beberapa warna jika gen pembuat melanin mereka belum rusak total. Namun, penting dicatat bahwa tidak semua hewan putih adalah albino. Beberapa hewan hanya berkulit terang atau mungkin menderita kondisi lain seperti leucism dan isabellinism.
Untuk membedakan antara hewan albino dan hewan tanpa penyakit, lihat matanya. Pembuluh darah yang biasanya ditutupi pigmen terlihat pada makhluk albino sehingga membuat mata mereka berwarna merah muda.
Tantangan hidup dengan albino
Satwa liar yang mengalami kondisi albino menghadapi rintangan di alam. Hewan-hewan ini sering memiliki penglihatan buruk, yang menempatkan mereka pada posisi kurang menguntungkan saat berburu makanan dan menghindari bahaya.
Dalam beberapa kasus, mereka kesulitan menemukan pasangan dan ketidakmampuan menyamarkan diri sehingga membuatnya rentan terhadap predator.
Contohnya, aligator albino, yang menjadi target predator yang sangat jelas sehingga mereka sering dimangsa sebelum mencapai usia dewasa.
Hewan albino dan satwa liar pucat lainnya juga lebih rentan terhadap pemburu liar yang ingin memanfaatkan permintaan yang meningkat untuk hewan peliharaan eksotis atau produk yang berasal dari makhluk langka.
Ancaman terhadap hewan albino begitu nyata. Sebuah organisasi nirlaba membeli sebuah pulau di luar Indonesia hanya agar bisa membangun tempat perlindungan di sana untuk orangutan albino, yang akan dilindungi penjaga keamanan tanpa henti ketika dia pindah ke sana pada Juni 2019.
Banyak hewan albino yang juga dikirim ke kebun binatang untuk perlindungan. Salah satu hewan kebun binatang albino yang paling terkenal adalah Snowflake, seekor gorila yang ditampilkan dalam majalah National Geographic yang meninggal karena kanker kulit pada 2003.
Selain pemburu, beberapa pemburu trofi juga menyukai hewan langka. Misalnya, rusa albino begitu memikat para pemburu sehingga beberapa negara bagian di Amerika Serikat (AS) melarang mereka diburu.
Namun, beberapa makhluk albino menemukan kesuksesan di alam liar. Di Olney, Illinois, AS, ada populasi yang berkembang pesat dari hampir seratus tupai albino.
Kota ini sangat bangga dengan hewan albino itu sehingga mendorong penduduk untuk memberi makan dan telah mengeluarkan undang-undang untuk melindungi mereka dari tertabrak kendaraan.