Baru-baru ini, ilmuwan mengungkap sebuah fakta bahwa hewan juga mengadopsi anak seperti halnya manusia. Para peneliti menyebut, banyak primata mengadopsi anak hewan lain yang kehilangan induknya.
Para ilmuwan yang mempelajari gorila gunung menemukan bahwa ketika seekor gorila muda kehilangan ibu mereka, anggota kelompok yang lain melompat untuk merawat anak-anaknya. Bahkan, simpanse yang lebih tua juga merawat adiknya yang kehilangan induknya, seperti dikutip dari Science ABC.
Menurut perspektif evolusi, semua hewan didesain untuk mewariskan gen mereka ke generasi berikutnya. Alhasil, jika seekor hewan kehilangan anak-anaknya, mereka akan mengadopsi anak dari saudaranya untuk mempertahankan genetiknya. Perilaku ini disebut seleksi kerabat.
Hewan yang hidup berkoloni disebut paling banyak mengadopsi anak. Sebab, mereka bisa saja gagal mengenali dan membedakan anaknya sendiri dengan keturunan hewan lain. Secara naluriah, hewan menyadari pentingnya kelompok besar, terutama untuk mempertahankan diri dari pemangsa.
Dalam penelitian yang dilakukan pada 2004 silam, tim peneliti menyaksikan sekelompok monyet capuchin liar mengadopsi bayi marmoset. Mereka menemukan marmoset berkumpul bersama kelompok monyet capuchin.
Para peneliti menyebut, monyet capuchin benar-benar menyesuaikan kekuatan gerakan dan langkah kaki mereka untuk menyeimbangkan dengan marmoet yang masuk dalam kelompoknya. Temuan adopsi marmoset tersebut telah diterbitkan dalam American Journal of Primatology.
Kemudian, pada 2011, sebuah penelitian juga menemukan bahwa sepasang dara laut Kaspia mengadopsi dua anak burung camar paruh cincin. Temuan ini menjadi contoh adopsi antarspesies pertama yang terlihat pada burung air.
Jenis adopsi lintas spesies ini memang jarang ditemukan dan sulit diamati. Dua kasus di atas merupakan contoh adopsi yang tercatat dalam literatur.