Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau National Aeronautics and Space Administration (NASA) menjadwalkan uji penerbangan Low-Earth Orbit Flight Test of an Inflatable Decelerator (LOFTID).
Wahana luar angkasa berbentuk seperti piring terbang ini dijadwalkan meluncur 1 November 2022 ke orbit rendah Bumi.
Sesampai di sana, LOFTID akan mengambang, sebelum turun kembali ke Bumi. NASA berharap tes tersebut akan menunjukkan bagaimana wahana tersebut dapat memperlambat pesawat ruang angkasa cukup untuk bertahan masuk atmosfer.
Jika terbukti berhasil, teknologi tersebut suatu hari nanti dapat memungkinkan manusia mendarat dengan selamat di Mars. Berbicara tentang pendaratan di planet, termasuk Mars, Venus, dan Bumi, salah satu tantangan utama yang dihadapi NASA adalah bagaimana mengirimkan muatan yang berat.
Contohnya, “tujuh menit yang menentukan” ketika robot penjelajah Perseverance NASA menggunakan parasut untuk turun ke permukaan Mars tahun lalu.
Sinyal radio yang dikirim dari NASA dan sebaliknya membutuhkan waktu 10 menit bagi salah satu pihak untuk melakukan kontak, jadi setelah tim darat menyuruh Perseverance turun, rover tersebut perlu proses mengambil alih sebelum melakukan perjalanan epik sepenuhnya sendirian.
Pesawat ruang angkasa yang membawa Perseverance menembus atmosfer Mars bergerak dengan kecepatan 12.000 mil per jam, tetapi kemudian harus melambat hingga nol mil per jam tujuh menit kemudian untuk mendarat dengan aman di permukaan.
Perseverance bisa mendarat dengan aman tanpa cedera menggunakan parasut. Namun proses pendaratan akan lebih sulit untuk muatan yang lebih besar, misalnya roket dengan manusia di dalamnya.
“Teknologi LOFTID memungkinkan berbagai misi NASA yang diusulkan ke tujuan seperti Mars, Venus, Titan serta kembali ke Bumi. Saat pesawat ruang angkasa memasuki atmosfer, hambatan aerodinamis membantu memperlambatnya,” beber NASA seperti dikutip dari Daily Mail.
Namun, atmosfer Mars jauh lebih padat daripada atmosfer Bumi, sehingga memberikan tantangan ekstrem untuk deselerasi aerodinamis.
“Atmosfer cukup tebal untuk memberikan beberapa hambatan, tapi terlalu tipis untuk memperlambat pesawat ruang angkasa secepat di atmosfer Bumi,” jelas NASA.
Solusi mereka untuk masalah ini adalah pelindung panas tiup raksasa yang bertindak sebagai rem. Pelindung panas selebar 20 kaki akan ditempatkan di bagian atas atmosfer, memungkinkan pesawat ruang angkasa melambat lebih awal, sambil mengalami pemanasan yang kurang intens.
Perisai akan diluncurkan ke luar angkasa di atas roket United Launch Alliance Atlas V, bersama satelit cuaca JPSS-2 yang mengorbit kutub.
Setelah JPSS-2 mencapai orbit, ia akan mengembang dan ditempatkan pada lintasan masuk kembali dari orbit rendah Bumi untuk menguji kemampuannya memperlambat dan bertahan saat masuk kembali.
Jika berhasil, teknologi ini bisa menjadi bukti penting dalam membantu NASA mencapai tujuan ambisiusnya meluncurkan manusia ke Mars dalam dekade berikutnya.
“Teknologi ini dapat mendukung kru pendaratan dan misi robot besar di Mars, serta mengembalikan muatan yang lebih berat ke Bumi,” ungkap NASA menambahkan.