in

Ilmuwan Tak Khawatir dengan Lubang Ozon di Antartika

Ilustrasi Lubang ozon di Antarktika. Foto: Reuters

Lubang Ozon di Antartika yang berukuran 26,4 juta km persegi ternyata tak sedikit pun membuat para ilmuwan khawatir. Alasannya adalah lapisan tersebut masih sebut aman dan dianggap lebih kecil jika dibandingkan dengan tren pertumbuhan lubang ozon secara menyeluruh.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Ilmuwan Bumi NASA Goddard Space Flight Center, Paul Newman.

“Dari semua daya yang ada, menunjukkan bahwa lubang ozon masih dalam proses perbaikan,” ungkap Paul Newman, seperti kutip dari unggahan media Live Science.

Umumnya, lapisan lubang ozon terdiri dari tiga atom oksigen, yang mana akan membentuk hanya sebagian kecil saja dari atmosfer bumi. Meski dianggap sebagian kecil saja, akan tetapi keberadaan lapisan lubang ozon mempunyai dampak yang begitu besar pada kondisi Bumi.

Lapisan yang menyelimuti seluruh permukaan bumi ini berfungsi membantu penyerapan radiasi UV yang berbahaya dan dipancarkan dari Matahari.

Lubang ozon sendiri bisa terbentuk di stratosfer dengan jarak kurang lebih mulai dari 14,5 km hingga 29 km dari permukaan Bumi. Lapisan ini akan mulai terbentuk saat radiasi UV membelah molekul oksigen biasa.

Sebelumnya, para ilmuwan pertama kali mengetahui bahwa ada lubang ozon yang mulai menipis sekitar awal tahun 1980 an tepat di atas Antartika.

Meskipun pada dasarnya lubang ozon bisa terbentuk dan dihancurkan secara alami saat berada di stratosfer, akan tetapi karena ulah manusia yang menghasilkan banyak polusi, ternyata membuat ozon hancur lebih cepat daripada jumlah ozon yang bisa dibentuk.

Secara khusus, setiap industri yang memanfaatkan bromin atau klorin seperti pada mesin penyejuk udara dan pendingin, bisa memberikan dampak buruk terhadap kerusakan ozon pada level yang sangat tinggi.

Di awal tahun 1980 an, lubang ozon pertama kali mulai diamati dan mencapai kondisi terbesarnya di tahun 2006. Namun sejak tahun 2015 sampai sekarang, tahun inilah puncak terbesar lubang ozon ditemukan, tepatnya pada tanggal 5 Oktober 2022.

Namun meski mencapai ukuran lubang terbesar, ternyata para ilmuwan tidak menunjukkan kekhawatiran sedikitpun.

“Melihat tren secara keseluruhan justru ditemukan adanya perbaikan. Hanya saja tahun ini sedikit lebih buruk karena kondisi suhu yang lebih dingin,” beber Newman (Kepala Ilmuwan Bumi NASA Goddard Space Flight Center) seperti dikutip dari unggahan media AP News.