in

Kenapa Ada Istilah ‘Yang Kaya Makin Kaya, Yang Miskin Makin Miskin’?

Ilustrasi kesenjangan. Foto: Indian Express

Pasca pandemi Covid-19, perekonomian global mendadak berubah secara ‘radikal’. Mulai konsep belajar, kerja, transaksi keuangan, kesehatan sampai perhelatan acara-acara besar. Arus investasi juga semakin menarik, karena banyak sektor-sektor baru yang potensial ditambah banyak sektor-sektor lama yang memungkinkan untuk ‘mendulang’ keuntungan kembali. 

Istilah ‘yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin’ memang nyata adanya. Sebagai contoh, di saat pandemi Covid-19 melanda hampir seluruh dunia banyak pekerja yang harus kehilangan pekerjaannya. Orang yang memiliki tabungan dan aset berlebih tentu akan lebih kuat menghadapi pandemi dibandingkan orang yang hanya mengandalkan pekerjaan sehari-hari untuk hidup. 

Di sisi lain, pandemi Covid-19 juga menjadi berkah tersendiri bagi orang yang kehidupan sebelumnya ‘kurang beruntung’ menjadi ‘naik kelas’. Lalu kenapa istilah ‘yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin’ muncul?

  • Edukasi

Memang kita tidak bisa ‘memukul rata’ orang yang berpendidikan lebih tinggi pasti akan lebih sukses atau lebih kaya di kemudian hari. Edukasi disini bukan hanya sekolah formal, pendidikan bisa di dapat melalui pengalaman, kursus, diskusi, atau sekedar berbincang dengan orang yang ahli di bidangnya. Untuk itu banyak orang yang tidak berpendidikan tinggi tapi sukses, karena perjalanan hidupnya diisi pendidikan kehidupan yang beragam.

  • Kolaborasi

Banyak orang yang merasa tidak butuh teman atau partner untuk berkembang. Hal inilah yang memunculkan stigma mengenai kaya dan miskin. Biasanya orang yang bekerja sendirian selama hidupnya ataupun kurang bersosialisasi, kesempatan untuk suksesnya sangat kecil. 

Sebagai contoh, baru-baru ini Bumi Resources perusahaan yang dimiliki keluarga Bakrie berkolaborasi dengan grup Salim. Secara keuangan perusahaan, Bumi Resources sebenarnya baik-baik saja, tetapi inilah pentingnya kolaborasi. Bekerja sama dengan orang lain apalagi yang ahli di bidangnya sangatlah baik untuk menghapus stigma yang kaya dan yang miskin.

  • Peluang

Memang tidak semua orang memiliki peluang yang sama, tetapi peluang bisa diciptakan dengan semangat kerja keras. Stigma ‘yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin’ muncul karena banyak orang yang berpikiran bahwa yang kaya selalu mendapatkan peluang lebih banyak, padahal yang kaya bekerja keras untuk menciptakan peluang.