in

7 Mitos Populer tentang Gerhana Matahari Terbukti Tak Benar

Ilustrasi Gerhana Matahari Total. Foto: AP

Kita seringkali menemukan mitos-mitos di masyarakat, misalnya tentang gerhana Matahari. Bahkan hingga di zaman yang serba modern ini, beberapa mitos tersebut masih dipercaya sejumlah kalangan.

Namun, ada beberapa mitos yang populer telah dibantah Sains. Berikut tujuh di antaranya dikutip dari situs NASA.

1.  Gerhana Matahari menyebabkan kebutaan

Selama gerhana matahari total terjadi, tampak piringan Bulan sepenuhnya menutupi Matahari. Korona Matahari hanya memancarkan radiasi elektromagnetik, meskipun terkadang dengan rona kehijauan.

Hal tersebut telah dipelajari para saintis bahwa radiasi ini selama berabad-abad menjadi satu juta kali lebih redup daripada cahaya dari Matahari itu sendiri. Tak ada cahaya korona yang dapat melintasi 150 juta kilometer ruang angkasa, menembus atmosfer padat kita, dan menyebabkan kebutaan.

Namun, ilmuwan menyebut, bahwa jika kalian melihat Matahari sebelum fase totalitas, kalian akan melihat sekilas permukaan Matahari yang cemerlang dan inilah yang dapat menyebabkan kerusakan retina.

2. Gerhana Matahari membahayakan janin

Ada anggapan di masyarakat bahwa radiasi berbahaya yang dipancarkan selama gerhana Matahari total akan membahayakan ibu hamil dan janin yang dikandungnya.

Padahal radiasi elektromagnetik dari korona yang terlihat sebagai cahaya sangat aman. Ada bentuk lain dari radiasi yang merambat ke Bumi dari Matahari.

Nah, jauh di dalam interior Matahari di mana fusi nuklir terjadi untuk menerangi Matahari, partikel yang disebut neutrino lahir, dan meluncur tanpa hambatan dari Matahari ke antariksa.

Partikel ini juga melewati benda padat Bulan selama gerhana dan sedetik kemudian mencapai Bumi dan melewatinya juga. Setiap detik, tubuh kita dilempari oleh triliunan neutrino ini, tidak peduli apakah Matahari berada di atas atau di bawah cakrawala.

Satu-satunya konsekuensi adalah bahwa setiap beberapa menit beberapa atom dalam tubuh kita ditransmutasikan menjadi isotop yang berbeda karena menyerap neutrino.

3. Gerhana Matahari meracuni makanan

Terkait dengan anggapan keliru tentang sinar Matahari yang berbahaya yakni bahwa selama gerhana Matahari total, konon beberapa jenis radiasi yang dihasilkan akan membahayakan makanan.

Jika begitu, seharusnya radiasi yang sama bisa merusak makanan di dapur atau tanaman di kebun. Jika ada orang yang secara tidak sengaja keracunan makanan selama gerhana, beberapa orang mungkin akan mengaitkannya dengan gerhana Matahari.

Padahal, banyak orang di lokasi yang sama tidak teracuni makanan.

4. Gerhana Matahari merupakan pertanda buruk

Ada pula mitos klasik yang menyebut bahwa gerhana adalah pertanda bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Hal ini dikonfirmasi oleh psikolog sebagai bias konfirmasi.

Kita cenderung mengingat semua peristiwa ketika dua hal terjadi bersama-sama, namun melupakan semua waktu lain ketika tidak terjadi.

Hal tersebut memberi kita pandangan bias tentang sebab dan akibat yang mudah kita ingat, karena otak manusia cenderung mencari, dan mengingat, pola yang dapat digunakan sebagai aturan praktis untuk bertahan hidup.

Gerhana Matahari total tidak sering tercatat di sejarah, tetapi cenderung dicatat ketika bertepatan dengan peristiwa sejarah lainnya yang dianggap negatif.

Contohnya pada 763 SM, catatan awal Asyur mengaitkan gerhana hadir dengan peristiwa pemberontakan di kota Ashur, yang sekarang dikenal sebagai Qal’at Sherqat di Irak. Ini menunjukkan bahwa orang-orang kuno menghubungkan keduanya dalam pikiran mereka.

Atau ketika Raja Henry I dari Inggris, putra William Sang Penakluk, meninggal pada tahun 1133 M, peristiwa itu bertepatan dengan gerhana Matahari total.

5. Tidak ada gerhana Matahari di Kutub Utara atau Selatan Bumi

Yang sebenarnya adalah tidak ada yang sangat unik mengenai Kutub Utara dan Kutub Selatan dari sudut pandang astronomi.

Gerhana Matahari total terakhir kali terlihat dari daerah Kutub Utara yakni pada tanggal 20 Maret 2015. Saat itu, gerhana melewati Kutub Utara dan berakhir tepat pada Ekuinoks Musim Semi. Sementara itu, gerhana Matahari total tampak di Kutub Selatan pada 23 November 2003.

6. Bulan menjadi hitam pekat saat gerhana Matahari total

Bulan seperempat pertama memiliki permukaan yang gelap di luar Bulan sabit yang disinari dengan lemah, jadi bukan hitam pekat. Ini karena jika dilihat dari Bulan, Bumi tampak sangat terang dan cahayanya cukup redup untuk mengubah permukaan Bulan jadi warna putih pucat.

Kondisi tersebut disebut Earthshine, dan hal yang sama berlaku selama gerhana Matahari total. Jadi, saat gerhana Matahari total terjadi, permukaan Bulan menjadi tampak samar sebab cahaya Bumi dikelilingi oleh korona Matahari yang jauh lebih terang.

7. Korona Matahari selalu terlihat selama gerhana Matahari total

Siklus bintik Matahari 11 tahun tampaknya hilang pada 1700-an selama masa yang disebut para ilmuwan sebagai Maunder Minimum.

Terdapat beberapa catatan tentang gerhana Matahari total yang berasal dari zaman Yunani Kuno, tetapi deskripsi aneh tentang korona kontemporer, yang merupakan fitur paling dramatis, tidak ada atau hanya sedikit disebutkan.

Pada 1715 dijelaskan astronom Edmund Halley dari Inggris bahwa kita mendapatkan deskripsi korona asli pertama kita sebagai “cincin bercahaya berwarna putih pucat”. Apakah Matahari melewati periode seribu tahun tanpa memiliki korona yang signifikan sama sekali? Kita mungkin tidak pernah tahu yang sebenarnya.