Beberapa waktu yang lalu, kita tentu dikejutkan dengan pernyataan Pak Presiden Joko Widodo tentang ekonomi dunia yang akan gelap gulita di tahun 2023. Terus ini bakal ngasih efek apa sih ke Negeri Indonesia kita tercinta ini? Kok bisa resesi? Apa kita bakal ikut kena resesi?
Apa itu resesi?
Jadi, resesi adalah kondisi penurunan nilai pertumbuhan ekonomi riil dalam jangka waktu yang lama. Resesi bisa terjadi kalau ada inflasi atau deflasi yang berlebihan. Inflasi adalah kondisi dimana jumlah uang yang beredar lebih banyak dari ketersediaan barang dan jasanya. Sehingga harga akan naik tapi buying power menurun.
Sedangkan deflasi adalah kebalikannya, dimana jumlah uang yang beredar lebih sedikit daripada ketersediaan barang. Jadinya, harga dan buying power melemah sedangkan ketersediaan barangnya melimpah. Baik inflasi ataupun deflasi ini sama-sama membuat masalah ekonomi.
Negara-negara besar seperti, Turki, Argentina, hingga Amerika mengalami inflasi yang cukup tinggi di tahun 2022, bahkan tingkat inflasi Turki tembus 79,6%. Indonesia sendiri masih ada di angka yang terbilang aman, yaitu 4.84% per Januari-September 2022.
Angka ini memang jauh lebih kecil dibandingkan negara-negara lainnya. Resesi global pastinya akan memberikan efek kepada banyak negara.
Apakah Indonesia akan terkena dampak resesi?
Menteri Keuangan Indonesia, yaitu Sri Mulyani memprediksi bahwa Indonesia masuk ke dalam negara yang aman dari ancaman resesi di 2023 setelah India, Brazil, dan Meksiko. Tapi apakah kita bisa menghela nafas lega?
Sudah banyak berita yang menyatakan kalau Amerika, Eropa, dan China akan menjadi negara yang mengalami resesi paling parah. Bahkan ekonomi China diprediksi akan mencapai titik tergelapnya di masa mendatang dan perekonomian negara tersebut hanya akan menyentuh single digit.
Sebuah survei terbaru dari Reuters mengatakan kalau perekonomian China diperkirakan tumbuh sekitar 3,2% di tahun 2022 ini. Hal ini jauh di bawah target pemerintah China yang sebesar 5,5%.
Kamu tahu kan kalau China merupakan pangsa pasar ekonomi utama di Indonesia? Hal ini tentunya bikin kita ketar-ketir. Karena sedikit saja China kesandung dalam masalah ekonomi, maka Indonesia akan mengalami tekanan ekonomi. Jalur ekspor, pelemahan harga komoditas, pelemahan nilai tukar akan menjadi masalah yang dihadapi oleh Indonesia kalau resesi terjadi.
Kamu tahu nggak nih kalau ekspor Indonesia masih didominasi komoditas dengan kontribusi sebesar 50%? Kalau nilai komoditas di Indonesia menurun dari waktu ke waktu, maka akan berpengaruh pada ekonomi Indonesia.
Rupiah akan melemah dan pelemahan ini akan membebani masyarakat Indonesia maupun perusahaan karena mahalnya barang modal dan barang impor.
Tapi sebenarnya, apa sih penyebab dari resesi ini?
Penyebab Resesi
Sebenarnya penyebab resesi ditandai dengan beberapa kejadian ekonomi yang terjadi secara beruntun dan didorong juga dengan faktor eksternal seperti geopolitik dan isu global lain. Namun alasan-alasan teknis yang bisa menyebabkan resesi antara lain adalah berikut ini.
-
Inflasi atau Deflasi yang berlebihan
Seperti yang sudah disinggung di atas, inflasi dan deflasi yang berlebihan bisa menjadi penyebab resesi pada suatu wilayah.
Pemerintah juga harus berperan dalam mengontrol tingkat inflasi atau deflasi agar tetap dalam level wajar. Di tahun ini ada beberapa negara yang mengalami inflasi yang berlebihan, beberapa negara tersebut adalah,
- Turki (79.6%)
- Argentina (71%)
- Rusia (15.1%)
- Spanyol (10.4%)
- Belanda (10.3%)
- United Kingdom (10.1%)
- Brasil (10.07%)
- Amerika (8.5%)
- Italia (8.4%)
Nilai inflasi Indonesia sendiri masih berada dalam level aman yaitu 4.84% pada data yang diambil pada bulan September 2022 jika dibandingkan dengan negara lain.
- Keseimbangan Produksi dan Konsumsi
Poin ini juga merupakan penyebab terjadinya deflasi atau inflasi yang berlebihan. Konsumsi adalah daya beli masyarakat sementara produksi adalah ketersediaan barang dan jasa di pasar yang dapat diserap atau dikonsumsi oleh masyarakat. Ekonomi yang baik ditandai dengan aktivitas jual-beli yang berkelanjutan dalam waktu yang lama.
Kamu bisa lihat pada contoh di bawah ini,
- Produksi > Konsumsi hasilnya banyak barang atau jasa yang tidak laku di pasar karena tidak diserap masyarakat → Ekonomi tidak berjalan.
- Produksi < Konsumsi, hasilnya barang akan jadi langka dan susah dicari padahal daya serap masyarakat sangat tinggi → Ekonomi tidak berjalan.
- Produksi = Konsumsi, perputaran aktivitas jual-beli akan terus berjalan seiring dengan kuantitas produksi yang berimbang dengan daya serap masyarakat → Ekonomi berjalan baik.
2. Asset Bubble atau Hyper Investment
Nggak cuma deflasi atau inflasi aja, Asset Bubble atau Hype Investment ini juga jadi salah satu faktor terjadinya resesi. Kalo udah ngomongin tentang ekonomi secara global, kita nggak bisa lepas dari yang namanya instrumen investasi seperti saham atau pasar modal.
Secara garis besar, ini adalah situasi dimana para investor beramai-ramai membeli saham secara gila-gilaan. Hal ini tentunya didorong oleh perasaan emosi dari para investor dalam bertransaksi yang menyebabkan harga melambung tinggi hingga aset-aset menjadi overvalued.
Jika hal ini berlangsung secara terus menerus dan harga aset menjadi overvalued, efek bubble akan tercipta dimana pada satu titik akan menimbulkan panic selling dari para investor yang mulai menyadari jika harga aset terlalu tinggi.
Pada momen ini, efek domino pun terjadi. Semakin banyak orang yang menjual asetnya, semakin turun harga aset di pasar dan akhirnya menyebabkan crash. Berikut adalah beberapa contoh market crash atau bubble yang pernah terjadi:
- The Wall Street Crash of 1929
Terjadi spekulatif masal dalam berinvestasi dalam periode 1920-an, efek dari market crash ini menyebabkan Big Depression pada pasar saham dan membutuhkan puluhan tahun untuk kembali pulih.
- Dot com Bubble 1999
Kepopuleran internet yang dikembangkan oleh perusahaan teknologi besar pada era 90-an menyebabkan masyarakat berbondong-bondong menanamkan investasi pada perusahaan ini sampai puncaknya Indeks Saham Nasdaq naik hingga 400% sebelum akhirnya hancur karena alasan serupa.
- Subprime Mortgage 2008
Pada 2008 ini, kasus crash pasar saham disebabkan oleh mudahnya orang-orang untuk melakukan pinjaman pembelian rumah. Hal ini tidak seimbang dengan validasi pertumbuhan ekonomi yang riil sehingga banyak orang yang melakukan gagal bayar untuk pinjamannya.
Masih banyak contoh market bubble lainnya yang menyebabkan crash dan krisis ekonomi yang berkepanjangan. Sebagian besar memiliki ciri-ciri yang sama, history repeat itself? Ya, itu memang benar kejadian. Jadi apa salahnya jika kita mempersiapkan kemungkinan terburuk dari ancaman resesi.
Dampak Resesi
Dampak resesi ini akan tergantung dari ranahnya masing-masing, seperti misalnya pemerintah, global, perusahaan-perusahaan hingga rakyat kecil.
- Pemerintah. Resesi tentu akan berdampak besar pada pemerintah karena dari segi pendapatan jelas akan sangat berkurang. Jika pendapatan berkurang, maka ekonomi akan buruk sehingga penghasilan masyarakat seperti kita pun menurun. Kalau gitu terus apa? Iya betul, pengangguran. Nah kalau udah pengangguran gini, pemerintah bakal pinjam dana sana-sini buat mencari dana tambahan.
- Perusahaan. Pelaku usaha atau perusahaan-perusahaan juga akan mengalami penurunan omset karena efek dari ekonomi yang melemah. Hal ini juga akan mendukung kemungkinan pengangguran yang lebih banyak.
- Masyarakat. Rakyat-rakyat kecil seperti kita tentu akan jadi sasaran empuk terakhir dari resesi ini. Karena kondisi ekonomi yang sulit dan pengangguran kian meningkat, masyarakat akan kesulitan bertahan hidup kan?
Kripto dan Resesi
Nah terus kenapa sih kita harus mengaitkan resesi ini kepada kripto?
Seperti yang kita tahu, kripto begitu populer dan banyak diminati banyak orang. Tapi pernah nggak kepikiran gimana sih nasib kripto kalau terjadi resesi? Faktanya, kripto nggak bisa lepas dari dampak resesi lho.
Kok bisa? Iya, ini dikarenakan kripto memiliki profil risiko yang cukup tinggi bahkan jauh lebih tinggi dari saham. Nggak heran sih, soalnya kripto nggak punya fundamental atau underlying asset yang pasti.
Makanya kripto ini harganya bisa dipengaruhi oleh hal-hal seperti sentimen pasar, influencer, bahkan perekonomian dunia. Gini deh, kalau terjadi resesi, perekonomian akan menurun dong? Di kondisi itu, edaran uang akan terbatas. Alhasil, kamu mencari 1001 cara buat menghasilkan uang tambahan dong?
Gimana kalau ceritanya kamu punya aset kripto? Karena ekonomi yang krisis, banyak pemilik koin kripto menjual massal koin-koin mereka. Setelah itu harga kripto ikut anjlok.
Walau resesi global ini terjadi di beberapa negara saja, bukan berarti negara lain tidak ikut terkena efeknya. Sama halnya seperti kripto, mata uang fiat dan kripto bagai dua hal yang tidak sama tapi tetap berkesinambungan.
Kita harus waspada terhadap domino effect yang disebabkan oleh resesi dalam berbagai hal, salah satunya anjloknya harga kripto.
Jadi, tekanan pasar kripto yang membuat harga kripto turun saat ini bisa dikorelasikan dengan pelemahan pasar saham dan faktor geopolitik seperti perang antara Rusia dan Ukraina saat ini. Nah, terus saat ini pasar global juga sedang mengalami perubahan tren.
Bank Sentral telah menaikan suku bunga karena adanya inflasi yang tinggi. Kenaikan suku bunga ini menyebabkan para investor untuk beralih ke pasar obligasi. Otomatis, investor kripto juga menghindari adanya resiko berlebih untuk berinvestasi seiring dengan pasar saham yang terus melemah.
Pasar kripto yang masih menjadi shadow market atas pasar global, berjalan seiring dengan peng-adopsian aset digital yang berbasis teknologi. Jadi hubungan pasar kripto dan pasar global memang sangat erat kaitannya khususnya mengenai perkembangan cycle pasarnya masing-masing.
Aset kripto yang didasari oleh teknologi akan berkembang seiring dengan perkembangan institusi teknologi dimana di dalamnya institusi ini menjadi bagian dari pasar global secara keseluruhan.
Nah, dari sini kita bisa tarik kesimpulan kalau pasar kripto berkorelasi dengan pasar global. Kalau menurut kamu sendiri bagaimana? Apakah kripto bisa survive di tengah resesi?
Kamu mungkin juga bertanya-tanya, apa sih yang harus dilakukan saat menghadapi resesi? Ada nggak sih cara untuk menghadapi resesi?
Cara Menghadapi Resesi
Teman-teman, kamu tahu nggak sih bahwa momentum resesi ini bukan hanya dilihat dari sisi negatif saja, tapi beberapa orang menganggap ini sebagai sebuah peluang untuk memperkaya diri. Ada dua cara untuk menghadapi resesi yaitu dengan survival mode dan attacking mode.
- Survival Mode
Survival mode ini merupakan cara yang paling utama untuk menghadapi resesi. Karena tidak ada yang bisa menjamin seberapa parah dampak dari resesi ekonomi. Jadi kita harus mempersiapkan cara untuk bertahan hidup.
Apa aja sih caranya?
1. Dana Darurat
Yang paling pertama adalah menyiapkan dana darurat untuk biaya hidup untuk 3 bulan sampai satu tahun ke depan. Jangan lupa hitung dan buat perkiraan berapa kira-kira biaya hidup kamu per bulannya.
Misal, ketika ditotal ternyata biaya hidup yang kamu butuhkan adalah 3 juta per bulan, jadi total dana darurat yang harus kamu siapkan yaitu 36 juta.
2. Asuransi
Asuransi ini sangat penting agar kamu bisa mendapatkan layanan kesehatan dengan murah bahkan gratos. Pemerintah juga menyiapkan asuransi yaitu BPJS yang sangat terjangkau untuk semua kalangan. Kamu juga bisa memakai asuransi swasta yang bisa disesuaikan dengan kemampuan finansialmu.
3. Spending Management
Kalau ini mudah yaaa… Kamu harus mengatur keuangan antara pendapatan dan pengeluaran, antara aset dan liabilitas. Kamu harus memastikan pengeluaran kamu dialokasikan dengan efektif.
4. Income Variety
Pastikan juga kita memiliki pendapatan dari berbagai sumber tidak hanya dari satu sumber. Akan selalu ada sektor yang tidak terkena dampak resesi dan masih dapat memberikan pemasukan buat kamu.
- Attacking Mode
Tahapan ini bisa dijalankan hanya jika kalian sudah memastikan semua poin di survival mode, tujuan dari cara ini adalah untuk mendapatkan keuntungan maksimal setelah resesi berakhir.
Seperti sejarah resesi yang telah disebutkan sebelumnya bahwa ini bukan akhir segalanya, akan ada periode dimana semuanya berakhir dan ekonomi kembali normal.
Momen resesi juga dikenal sebagai momen orang banyak untuk memperkaya harta mereka dengan membeli aset-aset yang sedang diskon buat yang punya uang.
Attacking mode ini adalah investasi. Yup, kamu bisa memperluas pengetahuan mengenai aset-aset dalam dunia investasi dan mengalokasikan dana dingin yang kamu miliki ke dalam aset investasi. Beberapa instrumen investasi yang bisa kamu pelajari antara lain adalah saham, forex, atau mata uang kripto.
Kesimpulan
Nah, teman-teman jadi kita bisa menyimpulkan kalau resesi adalah sebuah kondisi saat nilai pertumbuhan ekonomi riil mengalami penurunan dalam dua kuartal alias dua periode berturut-turut. Resesi ini bisa terjadi karena adanya inflasi atau deflasi yang berlebihan.
Nah, Indonesia juga diperkirakan terkena dampak resesi karena China diperkirakan akan terkena resesi. Indonesia akan terkena dampaknya karena China merupakan pangsa pasar ekonomi utama di Indonesia.
Penyebab resesi ditandai dengan beberapa kejadian ekonomi yang terjadi secara beruntun dan didorong dengan faktor eksternal seperti geopolitik dan isu global lain. Namun, alasan-alasan teknis yang bisa menyebabkan resesi adalah inflasi atau deflasi yang berlebihan, keseimbangan produksi dan konsumsi, serta adanya bubble atau hyper investment.
Kripto sendiri diperkirakan akan terkena dampak dari resesi karena kripto memiliki korelasi dengan pasar global. Kalau, pasar global terkena resesi maka kripto juga resesi. Tapi menurut kamu sendiri apakah kripto bisa survive apabila resesi terjadi?