in

Mengenal Dua Mata Uang Negara Tiongkok, Siap Mengalahkan Dominasi USD!

Presiden Xi Jinping. Foto: SBS

Negara Tiongkok menjadi negara yang paling cepat alami kemajuan ekonomi di dunia. Hal tersebut ditandai dengan tingginya GDP per kapita yang dimiliki Tiongkok. Berdasarkan data World Bank pada tahun 2021, GDP Tiongkok mencapai USD17,73 Triliun. Dengan GDP sebesar itu, Tiongkok berada sedikit di bawah Amerika Serikat. 

Fakta lain yang membuat Tiongkok ‘ditakuti’, negara yang dipimpin oleh Xi Jinping tersebut menjadi negara eksportir terbesar di dunia. Mesin dan peralatan angkut menjadi komoditas ekspor yang paling besar yang dikirim dari Tiongkok. Dilansir dari Katadata, pada tahun 2020 total ekspor Tiongkok mencapai USD2.591 atau 2 kali lipat lebih besar dari ekspor Amerika Serikat. 

Selain itu perkembangan kota-kota di dalam Tiongkok juga sangat pesat, sebut saja kota-kota seperti Beijing, Shanghai, Quanzhou, Nanjing, dan masih banyak kota-kota lainnya. Infrastruktur yang memadai, kualitas SDM yang meningkat serta layanan publik yang mendukung menjadi kekuatan Tiongkok dalam menjadi salah satu kekuatan besar negara di dunia. Yang menarik dari Tiongkok, setelah mengalami reformasi dan revolusi, Tiongkok memiliki dua mata uang dalam bertransaksi. Dua mata uang tersebut adalah renminbi dan yuan. 

Wisatawan asing bahkan orang-orang Indonesia lebih mengenal yuan sebagai mata uang negara Tiongkok. Lalu apa yang membedakan renminbi dengan yuan?

Sebenarnya renminbi atau mata uang rakyat merupakan mata uang resmi yang digunakan masyarakat Tiongkok sehari-hari. Sedangkan yuan merupakan satuan hitung untuk mengukur nilai dari renminbi. Banyak orang mengatakan mata uang Tiongkok adalah renminbi dan ada juga yang mengatakan mata uang Tiongkok adalah yuan. Keduanya sah-sah saja. Dibuatnya dua penamaan ini oleh negara Tiongkok, karena sistem keuangan Tiongkok melalui PBOC (Bank Rakyat Tiongkok) sangat rumit demi mengontrol aliran uang yang masuk maupun keluar ke negara tersebut.

Banyak media massa barat menyebutkan bahwa yuan adalah ‘redback’, sebutan untuk melawan mata uang Amerika Serikat yang disebut sebagai ‘greenback’. Baru-baru ini melalui kerja sama dengan BRICS (Brazil, Russia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan), Tiongkok akan bertransaksi menggunakan mata uang negara anggota BRICS. Hal tersebut memicu bahwa Tiongkok siap melepas ketergantungan mereka dengan dolar Amerika Serikat (USD).