Seminggu belakangan ini, kita sudah dihebohkan dengan kabar bahwa FTX mengalami kebangkrutan setelah mengalami persaingan dengan Binance. Persaingan ini mengakibatkan Binance dan FTX menjadi berpisah. Tidak lama setelah itu, FTX menjadi bangkrut sampai hari ini.
Artikel ini akan membahas tentang exchange apa saja yang mengalami kebangkrutan. Sebelum itu, kita bahas dulu tentang FTX yang masih hangat ini, yuk!
1. FTX
FTX menjalin kerjasama dengan Binance pada tahun 2019. Binance juga merupakan salah satu investor awal FTX dan merupakan partner untuk FTX. Tapi, kerjasama tidaklah berlangsung lama. Dalam kurun waktu 2 tahun, FTX berhasil berkembang dan menjadi pesaing terbesar bagi Binance.
Karena persaingan ini pula, akhirnya FTX dan Binance berpisah dan tidak lagi menjadi partner kerjasama. Binance juga menerima token FTT senilai 15 triliun rupiah. Token itu diterima dari penjualan hak kepemilikan perusahaan FTX.
Semua hal ini berjalan baik sampai akhirnya CZ mengatakan kalau SBF merendahkan Binance di hadapan pemerintah. Ia juga mengumumkan akan menjual semua token FTT miliknya yang berjumlah lebih dari 15 triliun rupiah ke pasar. Hal ini menyebabkan harga token FTT turun sebanyak 35% dalam waktu 24 jam.
Beberapa hari kemudian, Binance kembali muncul dan mengatakan “FTX sedang dalam kesulitan. Kami akan datang membantu dengan cara membeli FTX”. Binance mengatakan ini pada cuitan di akun Twitternya,
Tapi tidak lama setelah itu, Binance membatalkan rencana untuk mengakuisisi FTX dengan alasan, “Kerusakan yang dialami FTX sudah diluar batas kemampuan kami untuk membantu.”
Akibat hal ini total kekayaan SBF jatuh dari $15 miliar USD menjadi di bawah $1 milir USD. Sequoia Capital yang merupakan salah satu investor FTX telah memberikan surat eksklusif yang menyatakan bahwa investasi kepada FTX telah hancur dari $150 juta USD menjadi 0.
Lalu kemudian pada 11 November 2022, SBF mengumumkan kebangkrutannya dan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai CEO di FTX. Dalam pengajuan kebangkrutan ini, FTX terindikasi memiliki lebih dari 100.000 kreditur, aset dalam kisaran $10 miliar hingga $50 miliar serta kewajiban dalam kisaran $10 miliar hingga $50 miliar.
Baca Juga: Apa Itu Crypto Airdrop?
Kebangkrutan FTX ini merupakan salah satu kebangkrutan terbesar sepanjang sejarah. Bagaimana menurut kamu tentang kasus ini?
2. Voyager Digital
Pada bulan juli 2022, perusahaan Voyager mengumumkan kebangkrutannya. Hal ini dikarenakan oleh tidak stabilnya harga di pasar kripto. Voyager terdampak oleh fluktuasi aset kripto serta kasus perusahaan dana lindung nilai.
Setelah pengumuman kebangkrutannya, Voyager secara resmi menghentikan penarikan dana untuk para nasabah.
Perusahaan ini telah meminjamkan USD 350 juta atau sekitar Rp 5,2 Triliun dan 15.250 Bitcoin ke Three Arrows Capital (3AC). Namun, perusahaan 3AC gagal membayar pinjamannya lebih dari US$ 670 juta. Faktor 3AC yang gagal menjadi alasan lain yang menyebabkan perusahaan ini mengalami kebangkrutan.
Voyager sudah memberikan tenggat waktu ke 3AC untuk segera melakukan pembayaran sebelum 27 Juli 2022. Namun, 3AC tidak melakukan pembayarannya sehingga dianggap default. 3AC gagal mengembalikan 15.250 Bitcoin dan $350 Juta USD kepada Voyager.
Voyager memiliki nilai aset kripto sebesar US$685 juta, tetapi mereka meminjamkan aset kepada 3AC dengan total lebih dari US$1,12 Miliar. 3AC tidak bisa membayar hutang tersebut, dan hal ini merupakan salah satu penyebab bangkrutnya Voyager Digital.
Kronologi Kebangkrutan Voyager Digital
- CEO Voyager Digital Stephen Ehrlich, menjual saham Voyager pada bulan Februari dan Maret 2021 ketika harga saham sedang tinggi, sembilan belas bulan sebelum Voyager menyatakan kebangkrutan pada Juli 2022.
- Ehrlich dan Delaware menjual hampir 1,9jt saham dari 9 Februari 2021 – 31 Maret 2021.
- Saham Voyager mencapai puncaknya pada nilai $29,86. Seminggu setelah penjualan saham terakhir yang dilakukan oleh Ehrlich, yaitu pada 5 April 2021.
- Tiga minggu kemudian, saham VOYG turun sebanyak 41%.
- Pada November 2021, saham Voyager turun 69%.
- Pada tanggal 31 Desember 2021, beberapa bulan setelah penjualan ini, Voyager mengumumkan adopsi ADSP untuk Ehrlich dan Gerard Hanshe.
- Pada 20 Januari 2022, Ehrlich mengumumkan pembatalan ADSP. Voyager mengalami masalah pada awal tahun ini karena harga kripto. turun lebih dari 70%. Hal ini disebabkan oleh runtuhnya stablecoin Terra yang dipatok ke dollar AS dan membuat harga kripto menjadi tidak stabil.
- Pada 27 Juni, Voyager mengumumkan bahwa Hedge Funds Three Arrows Capital telah gagal membayar pinjaman awal sebesar $650 juta, dan Voyager memberikan perpanjangan tenggat waktu untuk 3AC selama satu bulan. Pada saat itu, Voyager bersikeras akan terus menghormati penarikan dan penukaran dana pelanggan.
- Lima hari kemudian, tepatnya pada 1 Juli 2022, Voyager mulai membekukan penarikan pelanggan. Hal ini mengakibatkan jutaan pengguna tidak bisa mengakses aset kripto mereka.
- Pada 6 Juli 2022, akhirnya Voyager mengumumkan kebangkrutan mereka dan mengajukan perlindungan kebangkrutan Chapter 11. Voyager memperkirakan memiliki lebih dari 100.000 kreditur dan diperkirakan mengalami kerugian hingga $10 Miliar.
- FDIC sejak itu memerintahkan Voyager untuk berhenti menyebut produk mereka diasuransikan oleh FDIC, mereka menyebut klaim itu “salah dan menyesatkan.”
Sampai sekarang Voyager masih berusaha untuk menyelesaikan proses kebangkrutan mereka.
3. Celsius Network
Selain Voyager, Celsius juga salah satu exchange yang terkena dampak dari jatuhnya Terra Luna. Pada bulan Juli 2022. Celsius Network akhirnya mengumumkan kebangkrutan mereka pada bulan Juli. Celsius mengumumkan pengajuan perlindungan melalui Undang-Undang Kepailitan Amerika Serikat (AS) Bab II.
Sebelumnya pada bulan Juni, Celsius telah menghentikan penarikan dan transfer antar akun dengan alasan pasar kripto sedang mengalami penurunan yang sangat ekstrim.
Celsius dapat dipastikan benar-benar bangkrut berdasarkan dokumen yang sudah diserahkan oleh pihak Celsius melalui firma hukum mereka yaitu Kirkland and Ellis.
Kepemilikan aset digital Celsius turun dari $14,6 miliar pada bulan Maret dan menjadi hanya $1,7 miliar pada 14 Juli 2022. Celsius juga dilaporkan telah berhutang kepada para penggunanya sebesar $4,7 miliar atau hampir tiga kali lipat dari aset yang dimiliki oleh Celsius
Aset Celsius yang tersisas hanya pada peralatan mining ($720 juta), hutang yang belum dibayar ($620 juta), dan aset lainnya ($450 juta), ditambah sekitar $170 juta dalam bentuk uang tunai. Catatan tersebut juga tampaknya mencakup token CEL senilai $600 juta yang jauh lebih banyak daripada penilaian pasar keseluruhan koin.
Hingga pada 12 Juni 2022, saat perusahaan melakukan penghentian penarikan, para pengguna menarik $1,9 miliar dari akun mereka. Hal ini merupakan bagian signifikan dari kerugian yang tersisa. Aset perusahaan semakin menurun sebesar $1,9 miliar oleh penebusan pinjaman dan likuidasi.
Celsius juga menderita kerugian tambahan sebesar $900 juta ketika Tether melikuidasi pinjaman yang telah mereka berikan kepada Celsius. Tether adalah pencipta stablecoin terbesar di market, USDT, dan merupakan investor di Celsius.
Kesimpulan
Tidak stabilnya pasar kripto sejak awal tahun 2022 membuat beberapa perusahaan jasa keuangan mengalami kebangkrutan seperti Voyager Digital dan celsius Network. Tapi, adanya persaingan dari pihak lain juga bisa menyebabkan suatu exchange menjadi bangkrut seperti kasus FTX.
Kebangkrutan ini tentunya merugikan banyak pihak terutama para investor kripto. Ketika kita mulai berinvestasi, kita harus selalu waspada ya! Yuk, belajar bareng mengenai dunia kripto di Sekolah Kripto Indonesia. Sekolah Kripto Pertama di Indonesia.
Baca artikel premium di trakteer Sekolah Kripto Indonesia!