Sorgum yang memiliki nama ilmiah Sorghum bicolor L. Moench adalah biji sereal kuno yang berasal dari bagian Afrika dan Australia lebih dari 5.000 tahun yang lalu.
Biji-bijian itu sendiri dan tepung sorgum, yang berwarna krem atau putih, dianggap manis, bertekstur lembut, dan rasanya ringan, sekarang menjadi bahan populer yang ditemukan di banyak toko makanan kesehatan dan supermarket besar.
Meskipun masih sulit untuk menemukan 100 persen biji sorgum gandum utuh di sebagian besar toko, sebagian besar toko kelontong besar sekarang menjual campuran tepung bebas gluten yang dibuat dengan tepung sorgum yang sehat.
Tanaman yang ditumbuhi biji sorgum dianggap tahan lama, menghasilkan jumlah yang tinggi saat dipanen dan tahan panas dengan baik, menjadikannya tanaman yang berharga di saat kekeringan.
Inilah salah satu alasan mengapa biji-bijian seperti ini menjadi makanan pokok bagi masyarakat miskin dan pedesaan selama ribuan tahun, terutama yang tinggal di daerah tropis seperti Afrika, Amerika Tengah, dan Asia Selatan.
Catatan paling awal tentang sorgum berasal dari situs penggalian arkeologi di Nabta Playa, dekat perbatasan Mesir-Sudan, sekitar 8.000 SM. Setelah berasal dari Afrika, biji sorgum menyebar ke Timur Tengah dan Asia melalui jalur perdagangan kuno.
Wisatawan membawa biji sorgum kering ke beberapa bagian Semenanjung Arab, India, dan Cina di sepanjang Jalur Sutra. Bertahun-tahun kemudian, catatan sorgum pertama yang diketahui di Amerika Serikat berasal dari Ben Franklin pada tahun 1757.
Selain kegunaan kulinernya untuk dikonsumsi, sorgum juga dianggap sebagai pakan ternak yang berharga di AS, belum lagi memiliki kegunaan ramah lingkungan yang menjanjikan untuk menyediakan energi alami.