Lionel Messi cs telah membawa Argentina sukses merengkuh trofi Piala Dunia 2022 usai mengalahkan Prancis di laga final, Senin (20/12/2022) dini hari WIB. La Albiceleste menang lewat babak adu penalti dengan skor 4-2 usai bermain imbang 3-3 dalam 120 menit.
Atas kebehasilan Messi tersebut, banyak yang menganggap bahwa La Pulga telah menyamai pencapaian Diego Maradona. Namun legenda Italia, Marco Tardelli menilai, kedua sosok tersebut tak bisa dibandingkan karena dua alasan.
“Tidak (bisa dibandingkan) hari ini, karena dua alasan. Satu; Maradona yang saya lihat dan hadapi tidak dapat dijangkau, begitu pula Pele,” ungkap Tardelli seperti dikutip dari Football Italia.
“Dua; masing-masing merupakan juara pada masanya. Messi dengan memenangkan Piala Dunia membuktikan bahwa dia merupakan salah satu yang terbaik. Dia melakukan hal yang hebat, dia luar biasa. Sama seperti Mbappe yang fantastis,” jelasnya.
Jawara Piala Dunia 1982 bersama Italia ini pun mengungkap alasannya mengapa ia menyebut Messi merupakan pemain fantastis.
“Lebih dari apa yang dilakukannya di lapangan, karena dia melakukannya di akhir periode tertentu meski awalnya kalah dari Arab Saudi,” kata Tardelli.
Tardelli juga menilai Messi sebagai seorang pemimpin. Menurutnya Messi dulu lebih pendiam dan tidak terlalu emosional. Bahkan, Messi sempat keluar dari skuad Timnas Argentina karena dituduh tidak berjiwa Argentina.
“Di Qatar, dia telah menunjukkan bahwa dia memilikinya. Dia mencurahkan seluruh hatinya bagi Argentina. Dan dia menunjukkan bahwa dia memiliki segalanya,” papar legenda Italia tersebut.
Tardelli juga mengungkapkan mengapa ia tak ingin membandingkan Maradona dan Messi. Alasannya adalah perbedaan zaman serta gaya permainan membuat keduanya tak bisa disamakan saat ini.
“Itu merupakan perbandingan yang tidak berarti, sepak bola yang mereka mainkan berbeda. Maradona memiliki lawan yang selalu tertuju padanya,” papar Marco Tardelli.
“Messi bisa datang ke belakang dan mengambil bola dengan ketenangan, itu yang tidak pernah dimiliki Diego (Maradona). Dan pada masa Diego, untuk mematikan pergerakannya, Anda hampir harus ‘membunuhnya’,” ungkap Tardelli.