in

Mengapa Orang Mesir Kuno Terobsesi Kucing? Begini Penjelasannya

Alasan mengapa orang Mesir Kuno terobsesi pada kucing.

Tak terhitung jumlah penemuan mengenai mumi kucing era Mesir Kuno. Bahkan kuburan hewan peliharan (kucing) yang pertama kali diketahui di dunia juga diciptakan oleh orang-orang Mesir kuno. Belum lagi patung serta artefak bertema kucing hingga perhiasan yang rumit.

Mesir kuno nampaknya sangat menyukai kucing, tetapi mengapa?

Menurut sejarawan, sebagian besar penghormatan yang dilakukan oleh orang Mesir Kuno terhadap kucing karena menganggap bahwa dewa dan penguasa mereka memiliki kualitas yang sama seperti kucing.

Hal ini juga senada dengan yang disampaikan pada pameran tentang pentingnya kucing di Mesir Kuno yang diadakan di Smithsonian National Museum of Asian Art di Washington DC. Kucing dilihat memiliki sifat-sifat yang diinginkan. Di satu sisi hewan ini memiliki sifat protektif, setia, dan mengasuh. Tetapi di sisi lain, mereka juga bisa garang dan mandiri.

Bagi orang Mesir Kuno, hal inilah yang membuat kucing nampak sangat istimewa dan patut diperhatikan. Hal ini juga dinilai menjadi penjelasan di balik banyak sekali hal-hal berbau kucing yang ditemukan pada kebudayaan Mesir Kuno.

Salah satunya Sphinx, monumen sepanjang 73 meter yang memiliki wajah manusia dan tubuh singa. Ada pula dewi perkasa Sakhmet yang digambarkan memiliki kepala singa dan tubuh seorang wanita. Ada pula dewi Bastet yang sering direpresentasikan sebagai singa atau kucing. Dan orang Mesir kuno percaya bahwa kucing adalah suci bagi mereka.

Namun obsesi ini tidak selalu menghasilkan sesuatu yang positif. Dikutip dari laman Live Science, ada pula bukti-bukti lain yang menunjukkan bahwa di Mesir Kuno, dicurigai ada industri yang dikhususkan untuk membiakan anak kucing untuk dibunuh dan dimumikan. Sehingga orang dapat dikubur bersamanya.

“Itu sedikit mengejutkan. Konon praktik mengorbankan kucing bukan hal yang langka. Mereka (kucing), sering dipelihara untuk tujuan itu. Di mana ada peternakan yang ditujukan untuk menjual kucing,” ungkap Richard Johnston, professor di Universitas Swansea di UK.