Mobil listrik perlahan menggempur keberadaan mobil konvensional yang telah jauh lebih dulu mengaspal di jalanan. Pertanyaan ‘mana lebih irit?’ pun kian santer terdengar. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada banyak aspek yang harus dipertimbangkan.
Salah satu aspek yang paling menarik ialah sisi penggunaan bahan bakar. Seperti diketahui, mobil listrik menggunakan tenaga listrik sehingga untuk mengukur penggunaannya dapat dilihat dari ukuran kapasitas baterai mobil listrik.
Misalnya, jika kapasitas baterainya 87,2 kWh dan harga pengisian listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) adalah Rp2.446,78/kWh, artinya untuk mengisi sampai full 100% dibutuhkan kurang lebih Rp220 ribu.
Angka ini diperoleh dari kapasitas baterai, yakni 87.2 kWh dikali dengan tarif pengisian Rp2.446,78. Untuk sekali charge sampai penuh, pemilik mobil diestimasikan merogoh dana sekitar Rp250.000 jika dihitung penambahan biaya administrasi dompet digital.
Biaya sebesar itu sudah bisa menempuh jarak 435 km jika menggunakan AC. Apabila AC tidak dinyalakan, dengan modal Rp250.000, mobil listrik bisa menempuh jarak 488 km.
Coba bandingkan dengan mobil berbahan bakar bensin dengan asumsi mobil yang digunakan menggunakan bensin paling murah.
Harga bensin paling murah sekitar Rp10.000. Jika memiliki kapasitas tangki 45 liter bensin, untuk mengisi penuh 45 liter Pertalite dibutuhkan biaya total sebesar Rp450.000 sekali isi.
Dengan tangki penuh bensin, mobil bensin bisa menempuh jarak hingga 495 km tanpa menyalakan AC. Dari perbandingan tersebut, dapat disimpulkan bahwa mobil listrik lebih irit dari segi penggunaan bahan bakar.