Merek Mixue belakangan ini menjadi perbincangan hangat di publik. Di Indonesia, Mixue dikenal sebagai perusahaan F&B yang menjual minuman dan es krim yang menjadi favorit konsumen.
Mixue sendiri merupakan merek asal negeri Tiongkok yang didirikan tahun 1997 oleh Zhang Hongchao.
Cerita Hongchao mendirikan Mixue viral di kalangan masyarakat, karena modal pertama yang ia miliki berasal dari pinjaman yang diberikan neneknya sebesar Rp7 juta.
Berawal dari menjual es serut dengan peralatan sederhana, Mixue menjelma menjadi merek yang sudah memiliki lebih dari 20.000 gerai di seluruh dunia per Oktober 2022.
Bahkan di Indonesia sendiri, Mixue dijuluki sebagai ‘spesialisasi ruko kosong’. Karena saking banyaknya gerai Mixue yang ada di Indonesia. Dengan banyaknya jumlah gerai yang dimiliki Mixue, bukan berarti produk yang dijual Mixue memiliki kualitas yang rendah. Minuman terutama es krim yang dijual Mixue, sangat cocok untuk semua kalangan.
Yang menjadi favorit konsumen memang es krim yang dimiliki Mixue, namun ternyata pendapatan terbesar Mixue bukan dari es krim yang mereka jual.
Mengutip dari channel Youtube Raymond Chin, terlihat dari laporan keuangan Mixue periode Maret-Juni 2022, penjualan es krim hanya sekitar 0,56% dari total pendapatan. Yang menarik, pendapatan terbesar Mixue atau sekitar 72,16% dari total pendapatan, didapat dari penjualan bahan baku.
Strategi bisnis yang diterapkan Mixue adalah, mereka menjadikan holding Mixue sebagai perusahaan supply chain. Dimana gerai-gerai yang tersebar di seluruh dunia atau franchisee Mixue yang ‘bekerja’ untuk menghasilkan uang.
Dengan sistem franchise yang diterapkan, seluruh bahan baku, mesin, sampai dekorasi gerai semuanya mengikuti ketentuan yang dibuat oleh holding Mixue. Per Januari 2023, valuasi Mixue mencapai US$3 miliar atau setara dengan Rp45 triliun.