Tatkala teknologi berkembang pesat, Artificial Intelligence (AI) kini dipercaya bisa merevolusi industri seni dan kreatifitas.
AI mengubah cara seni diciptakan, mulai dari membuat gambar dan lukisan yang lebih realistis, hingga membantu seniman menemukan cara baru dan lebih baik untuk mengekspresikan diri, AI merevolusi dunia seni.
Seni sering dianggap sebagai cerminan dari keterampilan dan pemikiran orang yang sangat berbakat, seolah-olah itu di luar kemampuan orang yang tidak memiliki bakat. Namun dengan AI, siapapun dapat menghasilkan karya seni.
Kemampuan AI untuk menghasilkan seni juga berimplikasi pada pasar seni. Seni yang dihasilkan oleh AI bisa dijual, tidak beda jauh dengan penjualan lukisan fisik di pameran, dan itu adalah bisnis yang menguntungkan sekarang.
Ketika aplikasi AI art berkembang pesat, perbedaan antara seni buatan manusia dan seni buatan mesin diperdebatkan. Apakah pantas untuk mengklaim bahwa kamu adalah seniman di mana AI menjadi kolaboratornya? Apakah seni buatan manusia lebih orisinil atau bermakna daripada seni yang diciptakan oleh mesin?
Sebenarnya tergantung selera dari klien itu sendiri, aplikasi Al terbukti terbuka memperjualkan karya para penggunanya, dan begitupun dengan para pelukis kanvas. Baik menggambar melalui aplikasi Al ataupun di atas kanvas keduanya memiliki daya tarik tersendiri.
Sama seperti karya seni seniman manusia yang dipamerkan dan dijual di pameran fisik, seni generatif dijual di pasar virtual. Mata uang untuk pertukaran ini biasanya adalah non fungible token atau NFT dan jumlah yang mereka jual sangat mencengangkan.
Pada tahun 2021, pasar NFT seni generatif mengumpulkan $2,57 juta, sementara pada tahun 2020, angkanya adalah $20 miliar.
Aplikasi AI generatif untuk membuat gambar orisinal dan unik. Plus gambar terlihat berkualitas baik dan situs web dapat menghasilkan. Pengaruh seperti inilah yang telah diberikan AI. Siapa pun bisa menjadi seniman sekarang. Seni tersedia berdasarkan permintaan sekarang. Kapan pun dan dimana pun.