Indonesia merupakan negara adidaya dalam hal tradisi dan seni budaya. Hal ini karena Indonesia terdiri 1.331 suku bangsa yang mendiami 17.000 pulau dalam 38 provinsi di seluruh tanah air.
Setiap suku memiliki seni tradisi masing-masing. Indonesia juga memiliki beragam bahasa daerah. Dalam satu bahasa daerah, bahkan memiliki banyak dialek yang berbeda. Namun sangat disayangkan keanekaragaman bahasa terancam keberadaannya. Terdapat satu bahasa daerah dinyatakan punah dalam 40 hari.
Saat ini ada 8.324 bahasa di dunia menurut data World Atlas of Language. Ribuan bahasa tersebut akan tetap lestari jika selalu diucapkan, ditandatangani, didokumentasikan oleh pemerintah, komunitas akademik dan lembaga publik. Walau begitu, hanya ada sekitar 7.000 bahasa yang masih digunakan di seluruh dunia.
Menurut Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) Itje Chodidjah, dari 700 lebih bahasa di berbagai daerah di Indonesia, baru 37 bahasa yang tercatat di World Atlas of Language.
Menurut Itje, hal ini harus menjadi tantangan bagi pegiat bahasa untuk memperbaharui data agar lebih banyak lagi bahasa daerah di Indonesia yang dikenal dunia. Penggunaan bahasa ibu harus dimulai dari paling kecil yaitu keluarga, komunitas, dan masyarakat.
Berdasarkan data pengamatan sejak 1991 sampai 2019, tercatat ada 718 bahasa daerah hasil validasi dari 2.560 daerah. Hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga menemukan fakta terbaru bahwa hingga akhir 2022 ada sekitar 744 bahasa daerah di seluruh penjuru Tanah Air.
Untuk diketahui, World Atlas of Language merupakan aplikasi interaktif yang mendokumentasikan aspek dan fitur status bahasa dari berbagai negara di seluruh penjuru dunia.
Sementara itu, konferensi pertama yang dihelat di Indonesia untuk preservasi bahasa dan sastra, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membuat terobosan baru dengan mengenalkan LADIN. Language Documentation of Indonesia atau disingkat LADIN merupakan inovasi BRIN untuk database repositori dokumentasi bahasa di Indonesia secara digital dan modern.
LADIN bisa diakses oleh masyarakat kapan dan di mana pun. Seperti diketahui, sebelum ada LADIN, dokumentasi repositori bahasa tersimpan di beberapa pusat data sejenis seperti SOAS di Inggris dan Paradisec, Australia.
Pendokumentasian secara digital bisa menjadi salah satu upaya konservasi dan rehabilitasi serta perlindungan terhadap bahasa dan sastra daerah agar tidak punah.