Tidur menjadi salah satu kebutuhan esensial setiap orang. Selain itu, tidur memiliki segudang manfaat bagi tubuh manusia. Antara lain membuat badan menjadi segar, menghilangkan stres, membuat rileks otot-otot, dan beberapa manfaat lainnya. Secara medis, tidur bahkan dapat mencegah berbagai macam penyakit.
Menurut CDC Amerika Serikat, tidur dapat mencegah penyakit diabetes tipe 2, obesitas, dan kardiovaskular. Rata-rata orang dewasa membutuhkan waktu tidur minimal 6 jam dalam sehari. Sedangkan anak-anak membutuhkan waktu tidur minimal 8 jam dalam sehari. Namun, tidur yang membuat tubuh menjadi bugar dan sehat adalah tidur yang berkualitas.
Salah satu indikator untuk mengukur tidur yang berkualitas adalah saat fase mimpi. Biasanya orang yang mengalami fase mimpi, sudah berada di fase puncak saat tidur. Fase mimpi atau bermimpi disebut juga Rapid Eye Movement (REM), di mana fase REM ini otak manusia bekerja seperti saat bangun tidur. Menurut Ahli Ilmu Pengobatan Tidur, Michelle Drerup, PsyD, DBSM, fase REM tidak selalu menghasilkan mimpi.
Biasanya di saat seseorang mengalami rasa ngantuk yang luar biasa, fase REM hanya muncul sebentar. Itu mengapa mimpi tidak selalu muncul saat tidur.
Mimpi terjadi karena kondisi psikologis, memori, imajinasi dan perilaku sehari-hari seseorang. Selain itu, tidak semua mimpi menyenangkan, terkadang mimpi dapat menakutkan.
Mimpi buruk terjadi karena penyakit mental, stres, cemas, atau kurang tidur. Artinya tubuh dan mental yang sehat secara paralel akan mempengaruhi mimpi seseorang.