Permintaan kolang-kaling sangat tinggi saat bulan Ramadhan. Hal ini karena buah kolang-kaling banyak digunakan dalam pembuatan takjil untuk berbuka puasa. Banyaknya permintaan ini, membuat petani kolang-kaling meraup untung.
Dilansir GNFI, sebagai contoh petani kolang-kaling di Pemalang meraih untung yang lebih besar dari hari biasanya. Bahkan kenaikan mencapai 100 persen.
Salah satu petani kolang-kaling bernama Supar mengaku dalam sehari dirinya memproduksi kolang-kaling 400 kg lebih, padahal di hari biasa ia hanya memproduksi 100 kg.
“Bulan puasa permintaan jadi banyak. saya bahkan sampai meminta bantuan tetangga untuk memanen, memasak, dan mengupas kulitnya,” kata warga Desa Mendelam tersebut seperti dilansir Detik.
Selain produksi yang naik, harga kolang-kaling juga meningkat. Jika di hari biasanya, petani menjual Rp 5 ribu perkilo, maka di bulan puasa, mereka menjualnya Rp 10 ribu hingga Rp 12 ribu perkilo.
Supar menegaskan bahwa kebanyakan warga di Desa Mendelam memiliki kebun dengan pohon kolang-kaling, maka pedagang akan langsung datang ke desa untuk membeli kolang-kaling saat bulan puasa.
Kolang-kaling memang dikenal sebagai penggerak ekonomi rakyat di daerah tersebut. Banyaknya pohon aren di wilayah ini dapat memberikan keuntungan bagi warga.