Di era digital saat ini, banyak tersedia jenis investasi yang mudah, aman, serta tentunya menguntungkan. Dulu, orang hanya mengenal investasi properti, emas, dan obligasi. Salah satu investasi yang memudahkan banyak orang adalah saham.
Memang saham sendiri sudah dikenal sejak lama, bahkan saat Perang Dunia II. Investasi saham memungkinkan orang memiliki perusahaan publik dengan modal yang relatif kecil. Secara tren, di Indonesia sendiri investasi saham semakin banyak peminatnya.
Berdasarkan data KSEI pada 3 November 2022, mengacu pada Single Investor Identification (SID) jumlah investor telah mencapai 10.000.628. Sedangkan pada 31 Desember 2021, jumlah investor di pasar modal baru mencapai 7.489.337. Artinya terjadi kenaikan signifikan dari jumlah investor pasar modal di Indonesia.
Saham menjadi investasi terfavorit karena banyak faktor, antara lain modal awal yang relatif kecil, aman, likuid, dan menguntungkan. Mengutip data dari Yahoo Finance, di Amerika Serikat dalam jangka panjang rata-rata imbal hasil saham sebesar 10%, di mana properti sebesar 3-4%.
Dan di Indonesia sendiri selama 20 tahun terakhir, menurut data dari Bibit per November 2022, rata-rata imbal hasil IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) sebesar 18%. Bayangkan jika properti yang harus menunggu bertahun-tahun kenaikan harga dan penjualannya, sedangkan investasi saham bisa dilakukan dalam hitungan bulan saja.
Sudah banyak contoh Konglomerat Indonesia yang kekayaannya bersumber dari investasi saham, sebut saja Lo Kheng Hong, Sandiaga Uno, Hary Tanoe, dan Jos Parengkuan.